Aku hanya bisa berdoa memohon kekuatan kepada Dia yang menentukan kapan saja maut itu datang. Keresahan melanda hatiku siang ini. Suara bapak yang menahan kerinduan terhadap buah hatinya yang jauh di sana.
Sakit yang dideritanya membuat hidupnya sangat sengsara.
Kerut-kerut kehidupan tertanda di wajahnya yang renta. Tubuhnya yang ringkih kini kurus dan terbungkuk. Bapak sudah lelah menahan sakit hampir sepuluh tahun. Bapak belum siap pergi dari dunia fana. Masih ada si jantung hati yang butuh uluran tangannya. Harapan bapak kandas seperti roda pedati yang tidak bisa laju akibat salah satu rodanya hancur digilas jalanan.
Kegigihannya melawan penyakit terjawab sudah. Beberapa minggu terakhir bapak bercerita orang-orang yang mendahuluinya berpulang. Sering datang ke mimpinya mengajak pulang. Bahkan sampai menarik tangannya agar ikut ke keabadian. Sungguh mimpi itu membuat aku menahan isak tangis yang tidak terbendung ketika bapak siang ini meneleponku. Seandainya aku punya sayap, seketika juga aku terbang dan memeluk bapak agar tetap semangat.
Bersabar dan berdoa, esok aku pasti bertemu bapak, keresahan yang menghantui hari ini usai sudah. Bapak pasti sembuh, akan aku cari obat yang terbaik buat kesembuhan penyakitnya. Tuhan izinkan bapak hidup lebih lama lagi. Muzijat terjadi terhadap bapak, mimpi buruk yang menghantuinya musnah sudah atas uluran tangan-Mu.
Bekasi, 15102020
Sudah ditulis di blog secangkir kopi bersama