Tak ada yang berharap cermin itu retak
Tak ada yang mau tali itu putus
Tak ada yang mau bila sudah bersatu berpisah lagi
Tidak ada yang mau gelar janda ada di depan nama
Tapi jika itu adalah hal yang terbaik
Kenapa mesti dipertahankan
Jika setiap hari rumah bagaikan neraka
Bila setiap hari beradu mulut
Bila setiap hari tubuh ini jadi bantalan atau bulan-bulanan tangan kasarnya
Lebih baik dapat gelar di depan nama
Daripada menahan sakit di sekujur tubuh dan di dalam hati
Tidak ada yang lebih baik memang
Tapi keputusan ini jalan yang terbaik
Cukup sampai di sinilah kebersamaan kita
Cukup kedua kalinya aku disakiti. Mulut hanya berucap janji. Mudah memang mengucapkannya tapi menepatinya sulit
Biarlah mentari kunikmati sendiri bersama si buah hati
Biarlah rembulan bersinar hanya untukku
Biarlah hujan turun perlahan-lahan seperti hujan air mata di pipi. Kini rinai  tinggallah kepedihan. Perpisahan ini lebih baik, gerimis mengundang ikut mengiringi derasnya air mata yang mengalir di pipi.
Hujan adalah saksi bisu untuk perpisahan kita.
Bekasi, 07092020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H