Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Fiksiana | Gadisku

10 Maret 2020   10:41 Diperbarui: 10 Maret 2020   11:15 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pinterest.com/Penny Ng

Aku tidak bisa lupa seraut wajah manis, pipi memerah, bibir merah delima dan tubuh tinggi semampai.

Kenangan terindah dan manis dalam hidupku, tak bisa hilang dari ingatanku. Aku berusaha menguburnya dalam-dalam tapi senyum, tawa yang selalu bertengger di bibir merah delima tak bisa luntur dan lepas dari ingatanku.
Bahkan janji yang telah kami ucapkan dua puluh tahun yang lalu hingga kini masih tetap aku ingat.

Janji sehidup semati, janji setelah selesai kuliah kami akan melangsungkan pernikahan. Tapi di saat-saat waktu sudah mendekat, aku tiba-tiba pergi jauh darinya, keluar dari negeri tempat kami memadu kasih. Semenjak itu aku tidak tahu kabar gadisku. Bahkan kontak pun tidak bisa, pada saat itu handphone masih langka dan mahal.

Padahal sejuta kerinduan telah bersarang di hatiku yang terdalam. Hingga saat ini aku susah membuka pintu hatiku untuk perempuan selain dirinya. Aku masih berharap kami kelak bersatu.
Hingga suatu saat kami berkisah lewat gawai mungil, lewat grup sekolah masa-masa indah kami.

Ternyata gadisku telah dipinang sang kumbang yang bisa memberikan dia cinta dan harapan. Tidak seperti aku menghilang  di saat gadisku berharap ingin dipinang.

Aku tidak bisa lupa gadisku, setelah sekian lama penantianku, masih berharap hidup bersama dia.
Walaupun gadisku tetap meminta agar segera melupakannya, aku belum bisa.
Haruskah kubunuh cinta yang telah lama tumbuh di hatiku?

Apakah saran dari teman-teman segera kujalani? Mencari kembali gadis yang lain. Mengejar waktu yang telah lama kubiarkan hingga umurku mencapai 40- an.

Adakah cinta yang terindah mengisi hari-hariku yang ternyata sang waktu menjadikan aku bujang lapuk. Miris nian hidupku, tak bisa lepas dari masa lalu.


Aku harus tegar kembali, akan ku lempar sauh hatiku pada gadis yang benar-benar menantikanku. Aku juga berhak menikmati keindahan hidup di dunia. Tuhan lancarkan jalanku

Erina Purba
Bekasi, 10032020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun