Gas langka
Gas habis ketika mau masak, anak-anak merengek-rengek
Mak ... Mak ... Lapar
Kulangkahkan kakiku selangkah demi selangkah dengan gas hijau di tangan.
Warung pertama, Teh... Teteh gas ada?
Habis Bu, belum datang
Warung kedua Teh... Teteh gas ada?
Habis Bu, barusan ada yang baru beli
Warung ketiga Pak... Bapak... Gas ada?
Habis Bu, belum belanja
Coba warung bakso itu Bu!
Tangan sudah pegal, tambah kaki juga pegal sudah jauh berjalan
Dengan letih lesu loyo gas hijau kutengteng lagi
Warung keempat warung bakso sekaligus jual gas hijau
Mas... Mas... Ada gas?
Tinggal satu Bu, buat jualan bakso kami.
Coba warung yang lain Bu!
Aku menjawab, seandainya raga ini bisa bawa motor, sudah secepatnya aku putar haluan.
Anak lapar terlintas di benakku
Kalau begitu bakso satu porsi ya Mas, dibungkus!
Uang untuk beli gas berkurang separuh
Aku menenteng gas kosong
Kemana lagi beli gas
Terpaksa tunggu belahan jiwa pulang
Sambil melangkah menenteng gas
Aku berjalan tertatih-tatih
Lewat warung kecil
Tak mengira warung kecil jual gas
Dengan penuh harap
Pak ada gas?
Ada Bu
Kupingku seolah-olah tidak mendengar Ada BuÂ
Kuulangi lagi pertanyaan yang sama
Pak ada gas?
Ada Bu
Oh... Hati senang tapi sendu duit gas sudah berkurang
Baru datang tadi Bu
Pak duitnya kurang, aku balik lagi ya
Gas....Gas... Kenapa dirimu tambah langka?
Apa yang terjadi sebenarnya?
Hati terus bertanya-tanya
Sudah beberapa kali beli gas
Pasti selalu bilang gas langka
Gas... Gas... Apa yang terjadi sebenarnya?
Apakah pasokan dari perusahaannya berkurang?
Apakah penduduk yang bertambah
Berbagai pertanyaan muncul
Gas... Gas... Kami butuh gas
Erina Purba
Bekasi, 10012019