Beberapa hari telah berlalu. Mengganti siang menjadi malam. Memutar detik demi detik. Melewatkan berbagai hal menarik. Aku mencoba melangkah.
Tawa riang anak-anak yang bermain biasanya akrab didengar oleh telinga. Namun kini, tawa itu tak lagi terdengar. Aku terus melangkah.
Gelapnya malam selalu menakutkan. Cahaya bintang seolah tak berdaya. Meski gelap, langkahku tak terhenti.
Kaki ini terus melangkah. Menyusuri jalan setapak yang lengang. Melintas di padang ilalang seluas mata memandang.
Aku berhenti melangkah sejenak. Duduk santai menatap cerahnya mentari. Aku mencoba melihat kedepan, jalanku masih panjang rupanya.
Aku kembali melangkah. Kali ini aku melewati jalan penuh batu tajam. Darah dan luka memenuhi kakiku. Aku tak gentar.
Langkahku sempat terhenti, ada sungai cukup lebar di depanku. Apakah aku harus memutar.
Aku mencoba meminta bantuan pada tiap orang yang lewat. Tapi semua tak mempedulikan aku.
Aku termenung bersama langit senja. Seseorang datang tiba-tiba. Ia membawa perahu dan mengajakku menyeberang. "Kesempatan!" Pikirku.
Kami menyeberang bersama. Tepat setelahnya, dirinya pamit karena jalan yang kami tempuh berbeda.
Aku sedih dirinya pergi. Tapi aku mengerti, jalan kita berbeda. Mungkin suatu saat kita papasan lagi. Siapa yang tahu, kan?