Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) sudah terjadi di Berau sejak Agustus kemarin. Intensitas jumlah titik api yang terpantau oleh BMKG semakin meningkat ketika memasuki bulan September. Bukan hanya di Berau, wilayah lain di Pulau Kalimantan bahkan hampir seluruh Indonesia juga mengalami hal serupa.
Dalam 10 hari terakhir, citra satelit BMKG telah mencatat ada 1701 titik api yang terdapat di Kalimantan Timur dengan tingkat kepercayaan 51-100% . 414 titik dari 1701 titik api tersebut tersebar di Kabupaten Berau.
Ratusan hektare lahan dan hutan telah terbakar. Bahkan ada yang sudah mendekati lahan kebun dan pemukiman penduduk. Kondisi ekstrim ini menyebabkan jarak pandang ±1 km, bahkan di Bandara kalimarau jarak pandang hanya 500 meter!
Hingga hari ini, Selasa(17/9), kualitas udara di Berau semakin memburuk. BMKG Berau menambah peringatan cuaca ekstrim yang sebelumnya dari 14-16 September, ditambah 4 hari hingga 20 September 2019.Â
Masyarakat juga diimbau untuk tidak beraktivitas terlalu lama di luar ruangan. BMKG juga selalu memperbarui terkait masalah karhutla ini
Pemerintah Kabupaten Berau juga terus berbenah menyikapi hal ini. Salah satunya bekerjasama dengan BPBD, TNI-Polri serta masyarakat dalam membantu memadamkan api.
Perlu kerja keras dalam menghadapi masalah ini. Bukan hanya memberi himbauan tentang bahaya karhutla, namun juga memberikan efek jera kepada para pelaku pembakaran hutan maupun lahan.
Polres Berau juga telah mengkonfirmasi saat ini sudah ada 16 tersangka kasus pembakaran hutan dan lahan dengan luas lahan yang terbakar lebih dari 50 ha.
Saat ini Polres juga masih melakukan pengejaran kepada para pelaku lain yang melarikan diri akibat membakar lahan lebih dari 20 ha di Kecamatan Tabalar. Semua pelaku mengatakan pembakaran ini dilakukan sebagai pembukaan lahan yang kemudian akan di jadikan kebun.
Seluruh elemen sudah bekerja keras untuk masalah karhutla dan asap ini. Lantas, dengan memberi himbauan, memadamkan api, dan melakukan penangkapan itu sudah cukup? Tidak.
Harus ada kesadaran pada diri kita sendiri agar tidak menambah (bahkan bisa mengurangi) dampak dari masalah karhutla ini, diantaranya adalah tidak membuka lahan dengan cara membakar dan tidak membuang puntung rokok yang masih menyala sembarangan.