Mohon tunggu...
dr Lestari Rahmah, MKT
dr Lestari Rahmah, MKT Mohon Tunggu... dokter -

Berusaha menjalani semua untuk kedepan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Superbugs NDM-1 Virus Kebal Antibiotik

26 September 2016   15:37 Diperbarui: 27 September 2016   13:43 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Superbugs NDM-1 (New Delhi Mtaallo-beta-laktamase-1)  adalah  jenis virus yang kebal dengan antibiotik. Bakteri ini telah muncul di India, Pakistan, Ingris, Amerika dan berbagai belahan dunia lainnya, para ahli kesehatan dunia memperingatkan superbugs ini bisa menjadi masalah besar di seluruh dunia.

Kehadiran Superbugs sangat berhubungan erat dengan penyakit dan  antibiotic. Banyak orang menggangap antibiotik sebagai obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit, padahal antibiotik hanya efektif digunakan untuk penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri atau kuman. Itupun yang dikatagorikan  sebagai infeksi berat saja, Minsalnya saja meningitis, batu rejam (batuk seratus hari), dan Mycoplasma. Sedangkan flu, sinusitis, bronchitis, ganguan saluran pernapasan selama belum kronis tidak diperlukan penggunaannya.

Tetapi kenyataanya pasien sering meminta kepada dokter untuk diberikan antibiotic. Alasannya, penggunaannya bisa mempercepat kesembuhan bagi penyakit mereka. Padahal, disadari atau tidak, semakin banyak penggunaan antibiotik atau membabi buta akan menyebabkan antibiotic itu kehilangan kemujarabannya.

Belum lagi penggunaannya yang salah kaprah. Sering antibiotic malah digunakan untuk berbagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, jelas keliru. Antibiotik tidak akan berfungsi terhadap penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus seperti minsalnya penyakit flu. Celakanya lagi, anak-anak sering jadi korban penggunaan antibiotic. Salah tersebut, penyakit seperti demam, radang tenggorokan, diare, batuk hampir semuanya selalu disertakan antibiotic. Padahal penyakit-penyakit tersebut diatas disebabkan oleh infeksi virus bukan bakteri  atau kuman.

Antibiotik yang digunakan berlebihan seperti contoh diatas menyebabkan tidak mati, hal itu menyebabkan kuman mengalami perubahan (mutasi) menjadi kuman yang tidak mempan dilawan dengan antibiotic (resisten). Yang kemudian menjelma menjadi superbugs. Akhirnya antibiotik menjadi kehilangan fungsinya untuk memerangi bakteri lagi

Jika bakteri sudah resisten maka orang yang sakit harus mencari pilihan yang lain, apalagi kalau bukan mencari antibiotic yang lebih kuat dan lebih toksik yang harganya juga lebih mahal. Bahkan harus dirawat di rumah sakit karena pemakaiannya harus lewat cairan infuse. Hal inipun bisa menimbulakan efek samping yang lebih berat . selain itu bakterinya juga dalam waktu cepat bisa menjadi kebal juga terhadap antibiotik yang lebih kuat tersebut. Artinya superbugs semakin naik kelas keresistennya menjadi super superbugs dan sudah pasti akan menjadi jauh lebih berbahaya.

Akibat yang ditimbulkan pun bisa menjadi semakin luas. Selain individu yang dirugikan, mereka yang tidak menggunakan antibiotic pun bisa tertular. Bakteri ini bisa menulari siapa saja dan dimana saja, apalagi dirumah sakit, dimana bakteri umumnya sudah resisten terhadap barbagai antibiotik, karena itu, jangan sekali-kali membawa anak kecil jika membezuk orang yang sakit dirumah sakit.

Berdasarkan ulasan di Review on Antrimicrobial Resistance yang memulai kajian pada pertengahan 2014, lebih dari 1 juta orang meninggal akibat infeksi bakteri superbugs tersebut, dan diperkirakan pada tahun 2050 superbugs akan membunuh satu orang setiap tiga detik, jika dunia tidak bertindak dari sekarang, bahkan menurut ulasan tersebut situasi akan semakin buruk dengan diperkirakan 10 juta orang akan meninggal setiap tahunnya dari resistensi antimikroba (AMR) pada tahun 2050. Masalah yang mendasari hal tersebut karena belum maksimalnya dalam mengembangkan penemuan antibiotic baru dan masih menggunakan antibiotic secara tak rasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun