Mohon tunggu...
Lestari Ningsih
Lestari Ningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis; menulis apa yang dilihat, dipikirkan, dan dirasakan. Memberi inspirasi dan manfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rundung

27 Maret 2020   21:12 Diperbarui: 27 Maret 2020   21:55 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bu Tantri bertepuk tangan dari tempat duduknya. Bu Tantri mempersilahkan Noni untuk memulai audisinya. Noni yang begitu terlihat siap dengan penampilannya. Tak lupa properti yang dia bawa sangat  lengkap. Gaun kuning lengkap dengan sarung tangan renda kuning. Payung kuning, sepatu  kuning dengan berhag 12 cm. Topi berenda kuning siap menghantar adegannya. Noni sangat cantik. Seperti nonik-nonik Belanda.

*****
 
Sore menuju senja. Audisi baru saja selesai. Keduanya menunggu pengumuman yang akan disampaikan.
“Baiklah, Ibu akan menyampaikan keputusan audisi ini. Dua diantara kalian akan terpilih sebagai pemeran utama Juliet. Dan Ibu memilih kau, Sri!”. Sreeeng, darah Sei sekoyong-koyong mengalir dari pemberhentiannya. Hasil keputusan yang disampaikan Bu Tantri diluar dugaan.

“Apa?! Ibu tidak salah pilih?”, suara Noni memecahkan ruang yang berukuran 10 X 8 meter ini.
“Ibu apa tidak melihat dia itu tidak pantas jadi tokoh Juliet, Bu!”, teriaknya menjelaskan.

Sementara dua anggota geng yang lain berbincang sambil mencibir. Entah apa yang mereka bicarakan.

Sri tidak percaya apa yang disampaikan Bu Tantri. Sebenarnya dia sudah tidak berharap akan peran itu. Apalagi dia mulai sadar diri atas semua kekurangannya. Ditambah lagi ketika Noni dan gengnya telah menghina ibunya. Ah, biarlah Noni saja yang medapat peran Juliet.

“Kamu lagi Sri! Kenapa sih gak mau mundur tidak ikut audisi ini!”, teriak Noni kesal.
“Tidak! Sri berhak atas kemampuan aktingnya. Kamu tidak boleh meremehkan Sri. Jabatan, kecantikan, dan kekayaan bukan menjamin seseorang berhenti berkarya. Kamu bisa latihan lagi, Ibu tunggu audisi tahun depan”. Bu Tantri menjelaskan dengan lembut tetapi tegas.

Bu Tantri sadar betul, bahwa siswa perlu diberi pengertian atas sikap yang tidak baik itu. Sadar betul peran guru harus sabar menuntun mereka yang memiliki karakter kurang bagus.

Tanah masih basah. Pohon Trembesi kokoh. Melindungi siapa saja yang berada di bawahnya. Daun-daunnya rela gugur agar tumbuh daun baru. Seperti hati Sri yang merasa terlindungi oleh Bu Tantri. Kekurangan fisik bukan halangan seseorang untuk berkembang. Dia sama dengan yang lain. Sama-sama punya hak untuk meraih sukses.

#igi
#smsigi
#tantangansmske11
#gurusmkn1gempol
#menulismenyebarkebaikan
#menulisinspirasi
#cintaratatouille
#jalanmbekdiskusiasyik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun