Oleh: Lestari N'H
Lekok merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Pasuruan. 20 km keluar dari  kota Pasuruan menuju arah Probolinggo. Lekok  terdiri dari 11 desa,  salah satunya Desa Lekok sendiri. Desa paling ujung utara Tambak Lekok.Â
Yang menarik dari Desa Lekok adanya pelabuhan. Pelabuhan yang sudah ada pada masa Hindia Belanda. Pelabuhan ini paling besar di Kabupaten Pasuruan. Kala itu pelabuhan ini berfungsi sebagai pusat perniagaan  kabupaten.
Banyak kapal-kapal yang singgah. Kadang sengaja untuk berniaga atau hanya sekedar mampir melepas lelah. Tak jarang sebagai tempat transit atau juga sebagai tempat bertemunya para pedagang yang hendak melanjutkan perjalanan darat.Â
Dapat dibayangkan betapa ramai Pelabuhan Lekok kala itu. Terlihat sisa beberapa bangunan tua peninggan Belanda. Sisa bangunan ini antara lain berupa benteng. Keberadaannya di sepanjang tepi pantai lekok. Yang saat ini berubah rupa menjadi reruntuhan yang usang oleh air laut. Â Bangunan lainnya berupa rumah tua peninggalan Belanda. Satu-satunya yang masih terawat dengan baik.Â
Lain waktu lain keadaan. Saat ini Pelabuhan Lekok seolah hilang pamor. Pelabuhan yang dulunya sebagai pelabuhan yang ramai serta sebagai pusat niaga, sekarang hanya sebagai tempat sandar perahu-perahu kecil pencari ikan.Â
Saat ini pelabuhan sebagai tempat sandar perahu nelayan yang dilengkapi dengan TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Transaksi para nelayan menjualbelikan tangkapannya. Ikan tangkapan tidak terlalu banyak. Seolah-olah mereka menangkp ikan secukupnya saja.Â
Nelayan menangkap ikan tidak pilih-pilih. Mulai dari cumi-cumi, kakap merah/ putih, cucut, sampai teri alias ikan kecil-kecil. Tangkapan dijaring. Kemudian dipilah-pilah sesuai dengan jenis ikan. Agar ketika dijual, pembeli menjadi tertarik untuk membeli.
Pelabuhan akan ramai tiap pagi hari. Pada pagi itu nelayan pulang dari melaut dan langsung akan menjual hasil tangkapannya. Para pembeli sudah menunggu mereka. Â Pada pukul 11.00 pelabuhan sudah mulai sepi kembali. Tinggal para istri melanjutkan untuk menjadi buruh membersihkan ikan-ikan kecil untuk dijadikan ikan asin.Â
Para istri bekerja dari pukul 10 pagi hingga 5 sore. Mereka tidak saja memilah ikan tangkapan, tetapai juga membersihkan, membuang kepala-kepala ikan, mencuci, hingga mengeringkan di tanah lapang milik TPI yang sudah kosong itu. Tidak jarang fungsi TPI berubah menjadi tempat pengeringkan ikan-ikan.Â
Sore hari para pekerja mulai sibuk kembali mengemas ikan-ikan yang sudah kering. Seperti sore ini, saya sempat berbincang dengan salah satu buruh bersih ikan.Â