Setelah menukar tanda pengenal di pos keamanan, kaki saya melangkah menuju sebuah bangunan dengan dinding terbuka. Gedung O2 Co Working Space di dalam komplek Kompas Gramedia Palmerah.
Saya memasuki ruangan tersebut, mengisi daftar hadir kemudian memilih tempat duduk di baris kedua dari depan.
Tak lama kemudian acara dibuka oleh Septa Andrian sebagai moderator.
Saya langsung terpana oleh dua narasumber yang terlihat cukup senior. Asita Djojo Koesoemo atau lebih dikenal sebagai Asita DK, seorang traveler sekaligus mantan wartawan dan penulis buku yang diluncurkan siang itu; Banyuwangi Sunrise of Java. Beliau ditemani Sri Asih seorang traveler dan Fotografer.
Masa kecil Asita DK dilalui di Banyuwangi. Jodoh tidak kemana, setelah pindah ke kota lain, Asita DK bertemu belahan hati warga asli Banyuwangi. Sehingga kegiatan mudik setiap tahun adalah ke kota masa kecilnya : Banyuwangi.
Buku ini bisa disebut paket komplit, karena berbagai info terkait Banyuwangi ada. Dari berbagai pilihan transportasi mencapai kota tersebut, tujuan wisata, budaya, dan tentu tak ketinggalan kuliner khas setempat.
Anukarana Mudita...
Berasal dari bahasa Sansekerta, Anukarana berarti mencontoh, mencontek, meniru. Ya... saya begitu terkesima dengan spirit Asita DK. Dimana, umumnya diusia beliau memilih untuk beristirahat, tapi beliau terus berkarya, bermanfaat bagi sesama dan tentunya bagi Nusantara.
Mudita pun dari bahasa Sansekerta yang berarti sukacita.
Ya... saya merasakan sensasi sukacita, semangat dan kebahagiaan ingin mencontek, meniru banyak hal dari sosok Asita DK.
Dan tentu dari sosok senior yang juga terus berkarya : Sri Asih.