Kamis siang itu, travel yang membawa kami dari Semarang, berhenti untuk menurunkan kami di depan Hotel @Hom by Horison Kudus. Setelah menitipkan barang bawaan kami di resepsionis, kami langsung diantar Lia Wahab ke sebuah kedai Soto dimana teman-teman dari Kotekasiana dan Semartigakom telah berkumpul untuk makan siang.
Saya langsung tertarik dengan salah satu menu khas Kudus; Soto Kerbau. Saya langsung menyantap Soto lezat tersebut sambil menyimak kisah seputar kedai. Kedai ini salah satu kedai legend.
Di Jakarta atau daerah lainnya, umumnya Soto berbahan daging ayam atau daging sapi. Lalu kenapa  di Kudus berbahan daging kerbau?
Bermula ketika Sunan Kudus melarang warga kudus untuk tidak menyembelih dan memakan daing sapi, dalam rangka menghormati dan bentuk toleransi terhadap pemeluk agama Hindu. Sejak itulah kuliner di Kudus tidak ada yang menggunakan daging sapi.
Soto Kudus memang segar, yummy, nikmat sekali menjawab nyanyian perut saya yang kelaparan. Taburan bawang putih goreng di atas potongan daging kerbau, tauge dan kuah bening wangi rempah...hmmmm...
Banyak lauk tambahan yang bisa dipilih untuk melengkapi makan Soto. Seperti aneka sate, gorengan, aneka kerupuk. Saya memilih keripik paru.
Setelah selesai makan, kami berjalan kaki untuk kembali ke hotel. Kami melalui sebuah warung kecil yang menjual jenang. Kami pun memesan beberapa bungkus. Jenang itu berupa campuran getuk, uli ketan, ketan kukus, mata roda singkong, yang diberi taburan kelapa parut dan diguyur cairan gula merah.
Kudus On The Spot Famtrip 2023