Entah mengapa, hanya dengan dia aku merasakan getaran itu. Selama aku bergaul dengan pria, hanya dia yang mampu menundukkan hatiku. Namun sayang, aku telah putus dengannya dua bulan yang lalu.
Meskipun telah putus, aku belum bisa move on darinya dan juga belum bisa melupakannya. Â Harapan untuk kembali masih ada.
"Mas? Tu---tumben, ada apa?" tanyaku sambil terbata-bata serta debaran jantungku yang tak tertata. Semenjak putus dengannya, aku belum pernah bertemu. Kini, dia datang dan berada di hadapanku. Mimpi apa aku?
Rasa sakit yang kau toreh saat memutuskan hubungan denganku, masih terasa. Namun rasa sayang itu masih tersimpan rapat di relung jiwa.Â
"Boleh aku masuk?" tanyanya tenang.
Aku yang masih mengendalikan diri dan hati, tak langsung menjawabnya.
"Hai, malah melamun. Boleh masuk?" tanyanya lagi.
"I--iya silakan."
Kupersilakan dia masuk dan duduk di karpet. Aku keluar sebentar ke warung untuk membeli minuman serta cemilan. Setelah itu aku kembali dan duduk bersebelahan dengannya.
"Silakan diminum, Mas."
Kusodorkan teh botol dingin padanya. Sekilas kulirik wajahnya yang manis. Wajahnya biasa saja, tetapi tidak membosankan. Mas Rama, cinta pertamaku yang mampu memporak-porandakan hati dan jiwaku.