Mohon tunggu...
Lestari Anfa M
Lestari Anfa M Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pamulang Prodi Sastra Indonesia

Kegemaran? Menulis dan bernapas.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Gathutkaca Winisuda: Wisuda yang Bukan Wisuda

19 Desember 2023   13:45 Diperbarui: 19 Desember 2023   13:53 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wayang adalah seni pertunjukkan tradisional yang menampilkan boneka yang terbuat dari kulit, kayu, maupun rumput. Menurut Kamus Bahasa Kawi-Jawa dan Kamus Jawa Kuna Indonesia, wayang berasal dari kata "wah" dan "hyang". "Wah" atau wewah artinya anugerah, dan "hyang" artinya Tuhan. Maksudnya adalah wayang merupakan penggambaran dari kehidupan yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang menyebutkan bahwa wayang berasal dari bahasa Jawa yang artinya bayangan. Ini bisa saja terjadi karena saat wayang ditampilkan, penonton melihat penampilan wayang melalui bayangannya. Cerita yang biasa ditampilkan dalam pertunjukan wayang adalah cerita Mahabharata dan Ramayana. Tetapi pertunjukan wayang juga tidak dibatasi hanya dapat menampilkan kisah Mahabharata atau Ramayana saja. Ada juga pertunjukann wayang yang mengisahkan tentang cerita Panji maupun kisah lainnya.

Salah satu kisah yang sering ditampilkan saat pertunjukan wayang adalah Gathutkaca Winisuda. Winisuda berasal dari bahasa Jawa yang artinya diwisuda. Namun wisuda dalam kisah ini bukan bermakna wisuda saat kelulusan sekolah. Diketahui Wisuda di sini adalah bermakna menobatkan untuk menjadi raja.

Gathutkaca atau biasa dikenal sebagai Gatotkaca adalah anak dari Bima dan Arimbi. Bima merupakan anak ketiga dari Pandu, seorang Raja Hastinapura. Saat lahir, Gatot kaca memiliki nama asli Jabang Tetuka. Namun setelah peristiwa dia melawan Kala Sakipu dan Kala Pracona pertama kalinya saat masih kecil, namanya berubah menjadi Gatotkaca. Nama ini diberikan kepadanya karena konon katanya sewaktu lahir, kepalanya mirip kendi.

Kisah Gathutkaca Winisuda ini berawal dari kekosongan kepemimpinan Kerajaan Pringgondani setelah Raja Arimba kalah dan terbunuh oleh Bima. Bima menikahi Arimbi dan lahirlah Gatotkaca. Sebagai anak dari seseorang yang berhasil mengalahkan raja terdahulu, Gatotkaca berhak menjadi raja. Gatotkaca memiliki paman bernama Brajadenta dan Brajamusti yang awalnya berjanji untuk memberikan kerajaan Pringgondani untuk Arimbi. Namun Brajadenta tiba-tiba menjadi ragu dikarenakan hasutan dari Sengkuni, patih Raja Duryodana dari kerajaan Hastinapura. Sengkuni menghasut Brajadenta dengan mengatakan bahwasannya Gatotkaca itu sebenarnya musuhnya dan tidak pantas menjadi raja untuk kerajaan Pringgondani. Yang berhak menjadi raja adalah dia, bukan anak dari adik perempuannya. Maka dari itu, Brajadenta mengatur siasat untuk menggagalkan penobatan Gatotkaca untuk menjadi raja. Brajadenta mengajak Brajamusti, adiknya untuk ikut menggagalkan penobatan Gatotkaca. Tetapi Brajamusti memegang teguh sumpah ksatrianya untuk terus setia terhadap keluarga kerajaan.

Setelah beberapa waktu berlalu, Brajadenta datang dengan pasukannya ke kerajaan Pringgondani bertepatan dengan hari penobatan Gatotkaca. Ia datang dengan amarah, sehingga perang tidak dapat terelakkan. Gatotkaca pun dengan terpaksa melawan pamannya sendiri. Gatotkaca sempat mengalami kekalahan, namun Brajamusti yang tidak rela jika Gatotkaca kalah, sukmanya masuk ke raga Gatotkaca tepatnya ke tangan kanannya. Brajamusti berpesan kepada Gatotkaca, jika Ia ingin mengalahkan Brajadenta, Ia harus memukul Brajadenta dengan tangan kanannya. Saat Gatotkaca berhasil menewaskan Brajadenta, sukmanya keluar dari tangan kanan Gatot kaca. 

Tak lama, Brajamusti tewas. Jasad dari kedua paman Gatotkaca mengecil kemudian masuk ke dalam tangan kanan dan kiri Gatotkaca dan berubah menjadi sebuah keilmuan atau ajian. Setelah itu terdengar suara Brajadenta yang mengatakan bahwa sesungguhnya Ia tidak membenci Gatotkaca. Ia hanya ingin menguji seberapa kuat dan bijaknya Gatotkaca sebagai seseorang yang akan memimpin kerajaan. Brajadenta juga mengatakan bahwa Brajadenta dan Brajamusti akan selalu ada untuknya alam wujud ajian bernama "Brajadenta dan "Brajamusti". Dengan gugurnya Brajadenta dan Brajamusti, Gatotkaca pun akhirnya dinobatkan menjadi raja sesuai dengan rencana awal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun