Pada zaman Industri 4.0 membaca merupakan salah satu kegiatan wajib yang harus dilakukan, khususnya bagi para siswa. Pesatnya ilmu pengetahuan menuntut siswa memiliki kemampuan membaca, menulis dan terutama dalam memahami pesan yang dibaca, terlebih lagi semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca.Â
Dengan kemampuan membaca yang baik dan sudah tertanam dalam diri anak akan mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa untuk memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif.
Namun, berdasarkan hasil PISA tahun 2018 kemampuan literasi siswa Indonesia termasuk ke dalam peringkat rendah yaitu berada di peringkat 72 dari 77 negara. Hal ini tentunya akan berakibat pada SDM yang kurang kompetitif karena kurangnya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut permendikbud membuat sebuah program literasi bernama Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang ditetapkan melalui Permen No. 23 Tahun 2013. Program ini dibuat sebagai bentuk upaya pemerintah dalam meningkatkan budaya membaca dan menulis bagi siswa sekolah.Â
GLS dapat menjadi alat untuk mengenal dan memahami ilmu yang diperoleh siswa di sekolah. Dengan program GLS ini siswa dapat mengembangkan budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari yang tertuang pada Permendikbud No. 23 Tahun 2015.
Pada tahun 2016 pemerintah mulai menerapkan GLS, termasuk SDN 147 Citarip Barat juga turut serta menyukseskan program tersebut. Pelaksanaan GLS di SDN 147 Citarip Barat cukup unik, yaitu dengan melakukan kegiatan membaca berjamaah di lapangan.
Para guru kompak mengarahkan siswa untuk berkumpul di lapangan sambil membawa buku bacaannya sendiri atau membawa buku pinjaman dari perpustakaan, lalu mereka membaca bersama di lapangan selama 30 menit. Setelah kegiatan membaca selesai, guru mempersilahkan siswa yang bersedia untuk menceritakan kembali cerita yang telah dibaca. Kegiatan GLS yang dilakukan sangat menarik, terlihat dari antusias siswa dalam mengikuti kegiatan ini.
Semenjak pandemi berlangsung para guru kebingungan dalam melaksanakan kegiatan GLS ini karena semua kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara daring. Namun, pada akhirnya para guru menemukan solusi agar tetap melaksanakan GLS dimasa pandemi.
Selama masa pandemi SDN 147 Citarip Barat melaksanakan GLS secara daring. Sebelum pembelajaran daring dimulai, para guru mengajak siswa membaca buku cerita selama 30 menit.Â
Siswa diberikan kebebasan untuk memilih bacaannya, siswa dapat membaca buku cerita favoritnya di rumah masing-masing dan bagi yang tidak memiliki buku cerita guru mempersilahkan untuk membaca buku tematik yang dimiliki oleh siswa, selain itu guru juga menyediakan e-book gratis di google drive yang bisa siswa akses dengan mudah. E-book yang disediakan sudah terjamin keamanannya, bacaannya juga disesuaikan dengan tingkat usia anak.
Siswa juga diberikan kesempatan untuk menuangkan kembali mengenai cerita yang dibaca bisa dengan menceritakan kembali, menulis kembali, menggambar, hasilnya di dokumentasikan dan dilaporkan kepada wali kelasnya masing-masing.