Abdul Muis merupakan salah satu tokoh sastrawan yang terkenal di angkatan Balai Pustaka. Karyanya yang terkenal adalah Salah Asuhan.
Abdul Muis juga merupakan seorang wartawan yang aktif menulis di harian De Express. Karangannya yang banyak dimuat di harian De Express selalu mengecam tulisan orang-orang Belanda yang sangat menghina bangsa Indonesia.
Beliau kemudian terjun ke dunia politik dengan menjadi anggota Sarekat Islam. Ia terpilih menjadi wakil Sarekat Islam dalam Volksraad untuk periode 1950 sampai 1923.
Bersama H. Oemar Said Tjokroaminoto, Abdul Muis menuntut pemerintah Belanda untuk membentuk parlemen dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat pemerintah juga harus bertanggung jawab kepada parlemen.
Pada tahun 1913, beliau bersama tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya seperti Ki Hajar Dewantara mendirikan komite Bumiputera. Komite ini awalnya dibentuk untuk menentang rencana pemerintah Belanda mengadakan perayaan peringatan 100 tahun bebasnya Belanda dari penjajahan Perancis.
Pada tahun 1922, Abdul Muis ditangkap Belanda karena memimpin pemogokan buruh di Yogyakarta. Beliau lalu dibuang ke Garut Jawa Barat.
Abdul Muis termasuk salah berdirinya Sekolah Tinggi di Bandung bernama Technische Hooge School yang sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung.
Abdul Muis wafat pada 17 Juni 1959 menganugerahinya gelar pada tanggal 30 Agustus 1959 berdasarkan RI No. 218 tahun 1959.
Penulis: Lesta Humendru
Sumber: Ensiklopedia Pahlawan Nasional Indonesia, Hal. 3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H