Mohon tunggu...
Lesley Tehuayo
Lesley Tehuayo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Pattimura Personal blog https://betaleste.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Akibat Kebanyakan Makan Telur

10 Desember 2020   21:59 Diperbarui: 10 Desember 2020   22:04 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (pexels.com)

Prakerin di salah satu peternakan ayam petelur
Dua tahun yang lalu, aku dan beberapa temanku mengikuti kegiatan prakerin (praktek kerja industri) di salah satu peternakan ayam petelur. Selama kami di sana, kami tidak kekurangan makanan karena perusahaan menjamin dengan baik  makanan kami. Apalagi kami berada di tempat produksi telur ayam.

Setiap hari kami tak pernah luput makan telur ayam. Dalam sehari pasti ada saja terus ayam yang tidak layak dijual. Jika dalam sehari, dua kali panen telur ayam, maka telur ayam yang tidak memenuhi syarat untuk dijual akan kami makan. Bisa dipastikan banyak telur yang afkir dapat mencapai satu rak atau lebih dalam sekali panen.

Biasanya kami makan telur di siang dan malam hari. Tak jarang juga kami sarapan dengan telur. Telur-telur ayam tersebut kami goreng atau rebus. Dalam sekali goreng dan rebus bisa mencapai lebih dari 5 butir telur.

Kelebihan makan telur ayam
Kami makan telur dengan lahap tanpa memikirkan resikonya. Maklumlah, pertama kali makan terus dengan bebas, banyak, dan puas. Padahal kami sudah belajar tentang telur, kandungan yang ada di dalam telur, resiko kebanyakan makan telur serta pengetahuan lain tentang telur.

Hal itu terjadi selama hampir 2 bulan, hingga suatu ketika aku baru saja selesai makan, aku melihat sekelilingku seperti berputar. Aku jatuh tersungkur di depan tempat tidur. Jantungku berdegup kencang dan aku merasa lemas. Aku memanggil salah satu temanku. Untunglah ia cepat datang, lalu memanggil teman-temanku dan salah seorang karyawan. Mereka mengangkatku dan salah seorang Ibu karyawan tersebut membawaku ke salah seorang perawat di desa tempat peternakan tersebut berada.

Ketika diperiksa, aku diberi penawar dan  disarankan agar mengurangi konsumsi telur. Semenjak saat itu, selama hampir 2 minggu aku hanya makan ikan dan sayur sebagai lauk. Barulah setelah itu, aku makan telur lagi.

Semenjak saat itu pula, aku belajar untuk tidak makan berlebihan. Bukan hanya telur, tetapi makan apapun itu, harus sesuai porsi. Jika tidak akan berakibat tidak baik atau bahkan fatal yang dapat merugikan diri kita sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun