Dari gambar di atas, tampak dengan jelas, seorang guru yang sedang mengajar para siswanya. Tempat belajar-mengajar pun bukan di sekolah melainkan di rumah. Pakaian yang dikenakan juga tidak seragam. Peristiwa ini terjadi di salah satu desa.Â
Gambar tersebut merupakan potret pembelajaran jarak jauh. Jika disebut pembelajaran jarak jauh, mengapa guru dan siswa bertemu secara langsung?
Beginilah kisahnya :Â
Guru dan para siswanya tersebut adalah anggota salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Gurunya rela menempuh jarak jauh kurang lebih hampir 200 kilo meter jauhnya. Meskipun tengah ditetapkan kebijakan pembelajaran jarak jauh, hal itu tidak menyurutkan semangat guru tersebut.Â
Memang tak dapat dipungkiri kalau anak didiknya perlu bimbingan secara langsung. Walaupun sudah ada buku panduan, tetapi dirasa belum cukup sama sekali. Apalagi menyangkut kegiatan praktek yang mengharuskan sang guru berada di samping siswa untuk memberikan arahan dan mengontrol mereka.Â
Di lain sisi, akses internet yang sedikit sulit tidak memungkinkan melakukan belajar daring. Secara otomatis, kuota internet dan gawai tidak berfungsi dengan baik untuk menunjang pembelajaran. Daripada membiarkan siswa tidak menerima pelajaran atau belajar tanpa praktek, gurunya justru yang mengorbankan dirinya.Â
Bukan hanya satu guru saja, tetapi ada beberapa guru yang datang ke rumah siswa- siswi tersebut untuk mengajar mereka. Mereka rela meninggalkan kelurga mereka, asalkan demi siswanya. Hal ini patut diacungi jempol.Â
Dari kisah ini, jelas bahwa seorang guru begitu bertanggung jawab dan peduli terhadap para siswanya. Ia tahu betul bahwa ilmu pengetahuan sangat di perlukan anak didiknya.
Para guru tersebut memang taat peraturan. Namun mereka tak dapat membiarkan siswa-siswinya miskin ilmu.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI