Mohon tunggu...
azhar
azhar Mohon Tunggu... Lainnya - Ingin Jadi Penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Bijak Memilih

5 Desember 2015   18:51 Diperbarui: 5 Desember 2015   19:13 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya hanya ingin berbagi cerita tentang pertarungan yang tentunya tidak kami harapkan, bertarung melawan kanker. Ibu saya terserang penyakit kanker sejak tahun 2012, tentu kanker payudara menjadi momok yang sangat mengerikan bagi kaum wanita, apalagi sudah begitu banyak penderita kanker yang telah berjuang maksimal tetapi tetap saja nyawanya tidak tertolong. Sepenggal testimoni yang saya jumpai di internet dari seorang ibu penderita yang merasakan sakit yang luar biasa tak tertahankan sampai dia selalu mengurung diri di kamar sambil menangis karena tidak ingin sampai anaknya ikut sedih merasakan penderitaan ibunya. Kisah-kisah seperti ini hanyalah satu dari sekian banyak yang tentu bisa secara tidak sadar membuat mata berkaca-kaca, tentu sudah bisa dibayangkan betapa mengerikan penyakit yang satu ini.

Bagi kita yang sampai saat ini masih diberi kesehatan, sangat penting bagi kita untuk lebih aware terhadap diri sendiri tentang pola makan, mindset tentang pola makan memang sudah harus berubah, sekarang! bukan besok atau nanti... kebanyakan dari kita berpikir gak mau ribet soal makanan, asal enaknya aja, mulailah menyadari betapa pentingnya asupan makanan yang bergizi, hindari fast food, soft drink (ini bersifat asam kuat yang sangat hebat merusak tubuh), pokoknya cari tahu apa yang baik dan buruknya untuk tubuh.Sadari bahwa sehat itu mahal, sementara penyakit-penyakit mengerikan akan menghampiri jika menerapkan pola makan yang buruk, selalu ingat penyakit yang ngeri itu siap datang kapan saja agar bisa membentengi diri dari asupan makanan yang buruk.

Penyakit ganas seperti kanker salah satu pemicunya adalah faktor makanan, karena diri kita merupakan akumulasi dari makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari. Jika selama ini terlalu banyak makan daging, fast food, soft drink, dll, akibatnya ph tubuh menjadi asam dan tentu sel kanker bersahabat dengan media yang asam agar bisa berkembang. Berdasarkan pengalaman ibu saya, konon katanya dulu sangat hobi makan bakso sejak SMA, tentu bukan rahasia jika makanan seperti ini banyak mengandung penyedap dan pengawet yang sangat buruk untuk kesehatan.

Ibu saya sudah melakukan operasi dua kali untuk pengangkatan sel kanker, selama itu pula sambil pengobatan di RS berbagai macam klinik herbal juga kami datangi, ikhtiar harus maksimal jadi berbagai macam saran dari kerabat kami coba, dari klinik pengobatan herbal yang satu ke klinik yang lain, ramuan dari rebusan daun sirsak, minum dengan rendaman jeruk lemon yang katanya lebih ampuh dari kemoterapi, maklum ibu saya tidak pernah mau dikemo soalnya efeknya sangat fatal untuk jangka panjang, karena kemoterapi bekerja tidak pandang bulu, bukan cuma sel kanker saja yang diserang, yang baik pun dihantam lurus, tentu kemo juga tidak menjanjikan rasa aman bagi pasien karena banyak kejadian yang sudah menjalani kemoterapi hingga puluhan kali tetapi penyebaran sel kanker tetap tidak bisa dihentikan malah menjalar ke bagian tubuh yang lain.

Singkat cerita, kami dapat info dari seorang kawan bahwa ada seminar tentang kanker yang diselenggarakan di Bali, penyelenggaranya dari Mod*rn Hospital Guangzhou, yah tidak ada salahnya mencoba,  yakinlah jika terus berusaha pastilah akan ketemu obatnya. Pemaparan tetang 18 metode pengobatan yang ada di Rumah Sakit ini sangat jelas menjawab kegelisahan hati pasien yang khawatir akan dampak dari kemoterapi karena sangat meminimalisir resiko dalam tahap pegobatannya, metode-metode yang tidak pernah kita jumpai di Indonesia, "tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri cina" ternyata ini to maksudnya.. pikirku dalam hati. Jujur, rasa iri terhadap kemajuan negara lain membuat saya selalu berpikir "kapan yah kita juga bisa..", harapan saya yang sangat besar terhadap kemajuan ilmu kedokteran Indonesia sayangnya hanya bisa sampai pada tulisan ini, dan akan terus ada dalam angan-angan..

Pengobatan di negeri orang tentu bukan perkara mudah untuk dirembuk bersama keluarga, permasalahan yang kami bayangkan sangat kompleks, banyak hal yang harus diperhitungkan secara matang. Tapi kalau kebanyakan mikir yang ada malah gak jadi berangkat, sudahlah mantapkan niat, serahkan semuanya kepada yang maha mengatur. Perjalanan dari jakarta ke Guangzhou kita lalui hampir 5 jam.

Tiba di Baiyun Airport sudah ada yang jemput dan langsung menuju ke Rumah Sakit. Satu bulan dilalui dengan berbagai macam tindakan yang kami memang melihat ada hasil yang nyata bagi kesehatan ibu, kemudian kami diizinkan kembali ke indonesia selama dua minggu saja, lumayan lah mengobati kerinduan kuliner kampung halaman, maklum makanan di GZ selain susah mencari yang halal, selera masakan juga beda (jadi susah makan). Jadwal kembali untuk pengobatan berikutnya harus tepat waktu, kalau dikasih waktu pulang dua minggu ya dua minggu saja, jangan ditambah soalnya khawatir sel kanker bisa menyebar dengan sangat cepat

Bulan November kali kelima kami datang, sejak pertama datang bulan April ritme pengobatannya yaitu satu bulan di Guangzhou kemudian dua minggu pulang ke Indonesia, baru pada saat jadwal pulang terakhir kami diizinkan tinggal di Indonesia sampai satu bulan karena kondisi sudah membaik. Sayang sekali satu bulan di Indonesia membuat sel kanker itu punya lebih banyak waktu untuk kembali menyerang disaat efek obat mulai kendur, akhirnya setelah CT scan terlihat muncul beberapa titik di tempat baru yang harus segera ditangani secara intensif, ibu saya mulai drop lagi, sel darah putih yang sering turun hingga dibawah batas normal membuatnya begitu lemas, makan jadi susah karena mual, tidurpun saya perhatikan selalu gelisah, kalau melihat kondisi ibu yang seperti itu kadang saya jadi berpikir tidak rasional, serasa ingin meggantikan posisinya dan biarlah saya yang merasakan penderitaannya.

Kedatangan kami kali ini agak berbeda dari sebelumnya. Jika bulan lalu kondisi ibu fit sehingga bisa saya tinggal sebentar jika ada waktu senggang untuk mengunjungi tempat-tempat yang menarik di Guangzhou, namun kali ini saya benar-benar berperan sebagai penjaga pasien karena ibu butuh pendampingan ekstra disaat seperti ini, bahkan solat jumat pun sudah tiga kali saya lewatkan tanpa berjamaah di masjid, jangankan ke masjid, sekedar ke dapur umum untuk manasi sayur saja tidak bisa. Bagi saya inilah waktu yang tepat untuk berbakti kepada ibu, saya beruntung masih diberi kesempatan bisa merawat ibu, karena sangat banyak orang yang merasakan kesedihan karena tidak sempat merawat orang tua di saat seperti ini. Tentu kesabaran menjadi poin penting bagi saya pribadi agar bisa (pura-pura) betah disini. Kemudian jangan lupakan motivasi keluarga sangat berharga, meskipun lelah menjaga jangan pernah perlihatkan itu, hal-hal kecil seperti ini yang kita sering abai padahal penting untuk menjaga semangat penderita kanker untuk sembuh.

Bulan desember baru awal dari musim dingin, suhu rata-rata 12-16 derajat celcius bagi tubuh saya masih mampu ditoleransi, uniknya disini kalau hujan cuma gerimis tapi awet bisa sampai seharian, dan asyiknya kalau lagi hujan ditambah secangkir kopi hitam bisa mengubah kebosanan menjadi suasana yang damai dan menyenangkan. Hari ini tepat minggu ke tiga, rasanya tentu membosankan terlalu lama di negeri orang, apalagi saya yang sangat aktif saat di rumah tiba-tiba sampai disini bingung mau ngapain, semua sudah dikerjakan, mau ngobrol juga sama siapa? Sangat jarang warga lokal yang bisa berbahasa inggris. Yang membuat saya bahagia adalah saya dipertemukan dengan kompasiana, awalnya hanya sekedar mencari bahan bacaan lewat google, kemudian saya sampai ke kompasiana dan ternyata mulai tertarik dengan artikel-artikel yang dimuat karena opini yang ada murni dari pandangan kompasianer, tanpa bumbu penyedap. Bosan juga lama-lama sebagai silent reader karena topik yang bagi saya menarik sudah habis saya baca, akhirnya saya coba juga untuk mulai menulis.

Ada hikmah dibalik setiap kejadian, mungkin kedatangan saya kali ini yang kebanyakan habis di dalam kamar menemani ibu, juga agar saya bisa melatih diri untuk menulis, sesuatu yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya. Tentu selain itu banyak pelajaran lain yang berharga buat saya, terutama melihat para pejuang kanker membuka mata saya akan arti dari kesehatan yang sampai sekarang masih diberikan oleh Allah, begitu berharganya, begitu mahalnya, uang yang kita tabung semasa hidup jika terserang penyakit yang satu ini akan habis dalam sekejap karena biaya pengobatan yang sangat mahal, mau tidak mau, suka tidak suka, karena berapapun pasti akan kita bayar agar bisa menjadi cancer survivor. Mencegah tentu jauh lebih baik daripada mengobati, mulai berkontemplasi tentang asupan kita selama ini, mulailah menggali baik buruk dari apa yang kita konsumsi sehari-hari, jika baik teruslah konsumsi, jika buruk segera hindari, karena sehat untuk diri kita sendiri.

 

 

Guangzhou, 5 Desember 2015.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun