Pernahkah ketika kamu bersama temanmu sedang asyik menyerang tower, tiba-tiba kamu atau salah satu temanmu mengalami pusing dan mual? Atau, pernahkah kamu mengalami kejadian ini: Hanya tinggal kamu dan seorang musuh lagi di game battle royale. Hanya tinggal selangkah lagi untuk keluar sebagai yang terbaik. Namun tiba-tiba, kamu merasa pusing, disusul perasaan mual. Kamu tak lagi fokus dan konsentrasi. Pada akhirnya, kesempatan kamu sebagai last survivor, lenyap.
Motion sickness atau simulator sickness, itulah istilah keren gejala yang mungkin pernah kamu atau temanmu alami. Ketika kamu sedang asyik bermain game, terutama dalam jangka waktu yang lama, mendadak kamu merasa pusing hingga mau muntah. Game sebagus apapun akan menjadi terasa tidak menyenangkan lagi.
Saya pribadi pernah mengalami gejala ini ketika sedang bermain game Need For Speed Shift. Ketika saya menggunakan mode pandangan dari dalam kokpit dan mobil sedang melaju kencang, maka grafik disekitar akan menjadi blur. Ditambah ketika mobil menabrak tembok pembatas, kamera seketika akan berguncang. Langsung saja saya merasa pusing dan mual-mual hebat.
Teman saya pun juga tak luput dari gejala ini ketika sedang bermain Call of Duty 4: Modern Warfare. Ketika sedang asyik bermain online dan menembaki musuh, tiba-tiba ia merebahkan dirinya seraya berucap lirih, "Kepala gue pusing banget. Sumpah, jadi pingin muntah."
Begitu pula dengan game Dying Light dan Mirror's Edge yang pernah saya mainkan. Bayangkan, game dengan genre FPS, namun didominasi dengan gerakan-gerakan parkour yang cepat dan terus-menerus.
Apalagi ketika karakter dalam kedua game tersebut harus memanjat gedung tinggi dengan cepat dan ketika melompat menyebarangi gedung, grafik di sekitar akan menjadi blur. Dengan cepat pula saya langsung merasa pusing dan mual.
+ Mengenal Motion Sickness +
Teori paling umum yang diterima dari gejala ini adalah: ketika karaktermu melakukan pergerakan, otakmu berpikir jika kamu sedang bergerak, akan tetapi bagian tubuh yang lain (khususnya telinga) tidak mendeteksi adanya pergerakan pada tubuhmu.
Dalam bahasa awam, motion sickness juga biasa disebut sebagai mabuk perjalanan. Namun lebih jauh lagi, sebenarnya adalah perasaan yang tidak enak pada tubuh karena gerakan yang berulang, tidak saja pada kendaraan tapi bisa saja karena naik elevator, wahana di taman hiburan, bermain game dan lainnya.
Yang berperan terjadinya motion sickness ini adalah bagian dalam dari telinga kita yang disebut labyrinth, atau di Indonesia dikenal dengan sebutan rumah siput karena bentuknya yang memang mirip dengan rumah siput. Labyrinth adalah organ yang mengatur keseimbangan tubuh kita dalam bergerak.
Saat tubuh bergerak, seperti berjalan misalnya, otak mengkoordinasikan ketiga input ini. Saat ada gerakan yang tidak disadari atau tidak disebabkan oleh kesadaran kita, misalnya saat naik kendaraan, maka otak tidak melakukan koordinasi dari ketiga input ini.
Kemudian terjadilah konflik sensasi yang mencetus terjadinya perasaan mabuk tadi. Tapi labyrinth-lah yang paling utama menyebabkan motion sickness, karena orang buta pun dapat mengalaminya. Pada kasus infeksi yang terjadi pada labyrinth, penderita dapat merasakan motion sickness walau pun dia tidak bergerak.
Bila karakter dalam game yang kamu mainkan melakukan gerakan yang kompleks, terdiri dari 2 arah yang berbeda dalam waktu yang bersamaan (maju dan berputar misalnya) dan secara berkelanjutan terus-menerus, akan lebih cepat memicu motion sickness dari pada gerakan tunggal. Pada umumnya perasaan tersebut akan hilang saat gerakan dihentikan, namun pada beberapa orang perasaannya dapat menetap untuk beberapa waktu.
Sebenarnya, pemicu gejala ini tidak terbatas hanya pada genre game tertentu saja, seperti genre FPS. Bahkan game Guitar Hero pun juga dapat memicu gejala ini, mengingat Guitar Hero mengharuskan pemainnya secara bersamaan menekan tombol sembari tetap fokus pada board tombol di layar yang bergerak sangat cepat.
Penggunaan VR (Virtual Reality) di dalam game, juga disebut dapat memicu gejala motion sickness lebih cepat.
+ Mengatasi Motion Sickness +
Namun kini kamu tak perlu khawatir lagi keseruan bermain game kesayanganmu menjadi terganggu karena gejala motion sickness.
Memang, tak ada solusi yang dapat menghilangkan sepenuhnya gejala motion sickness saat bermain game. Tak dapat dihindari, apalagi sebagian besar game memang menyuguhkan visual yang cukup heboh seperti kilatan cahaya, motion blur, ataupun camera shake yang mungkin dapat memicu gejala motion sickness.
Beberapa game juga telah menyertakan peringatan tentang hal ini. Biasanya sebulum layar utama judul game tersebut. Sayangnya, peringatan tersebut sering diacuhkan dan dilewati begitu saja oleh para gamer. Padahal peringatan tersebut cukup penting untuk diperhatikan.
1. Mengatur Jarak Pandang atau Field of View (FOV)
Masalah paling umum yang menyebabkan motion sickness adalah Field of View (FOV) atau jarak pandang dari game. Sumber permasalahan dari FOV adalah ketidakserasian antara jarak pandang dari pemain dengan jarak pandang yang ada di game (kamera di game).
Untuk diketahui, semakin rendah angka FOV, maka semakin dekat pula kamera zoom-in jarak pandang. Dan sebaliknya, semakin tinggi angka FOV akan membuat jarak pandang semakin jauh. Tingkat FOV yang terlalu rendah akan menimbukan kesan claustrophobic (fobia terhadap tempat yang sempit), sementara FOV yang terlalu tinggi akan memberikan kesan fishbowl effect atau serasa didalam akuarium ikan berbentuk mangkuk.
2. Matikan efek Motion Blur, Camera Shake dan sejenisnya
Beberapa game menyuguhkan kesan realistik dalam pergerakan karakternya dengan menambahkan efek headbobbing yang dimana kamera akan bergerak naik turun atau kanan kiri tergantung dari arah gerakan pemain, seperti gerakan kepala kita saat berjalan.
Efek ini biasanya tersedia di game dengan genre FPS. Atau camera shake, dimana ketika karakter sedang melakukan sprint, kamera akan ikut berguncang-guncang mengikuti irama lari dari sang karakter. Efek camera shake dapat kamu rasakan juga di game Need For Speed Shift, dimana kamera akan berguncang hebat bila kamu menabrak.
Begitu pula dengan motion blur, dimana ketika karakter berlari cepat atau mobil melaju kencang, maka kamera akan fokus kepada karakter atau mobil tersebut dan grafik di sekitarnya akan menjadi buram. Dan di beberapa genre game seperti TPS (Third Person Shooter), efek motion blur ini dapat kamu rasakan ketika kamu memutar kamera.
Apabila game memiliki “fitur” seperti ini, sebaiknya kamu mengecek setting di game dan mematikannya. Saya pribadi setelah mematikan opsi ini pada game, gejala motion sickness kini sedikit berkurang. Lagipula, dengan mematikan efek-efek semacam ini, akan sedikit mengurangi lag dan menambah performa pada game tersebut.
Baca Juga: Maraknya Pemain Game GTA V Roleplay
3. Bermain dengan Framerate per Second (FPS) yang stabil
Pergerakan game yang lag dan patah-patah serta tidak stabil, tak hanya mengalihkan perhatian dan juga membuatmu emosi, tetapi juga dapat menimbulkan resiko motion sickness yang lebih tinggi. Ketika ada diskoneksi antara apa yang otakmu pikirkan akan terjadi dan apa yang sebenarnya terjadi di layar (kamu melakukan aksi tertentu tetapi aksi tersebut ada delay sedikit karena framerate yang buruk) dapat menimbulkan efek pusing sesuai dengan teori yang dijelaskan sebelumnya.
Di sini kita tak sekedar bicara soal 30 FPS ataupun 60 FPS, namun lebih membicarakan soal kestabilan framerate tersebut. Game konsol biasanya dibuat stabil 30 FPS dari awal hingga akhir. Namun untuk PC, kestabilan framerate terkadang masih dipertanyakan tergantung dari port game dan speks PC yang dimiliki para gamer.
Sebagai contoh: Framerate di game naik turun, dari 60 FPS menjadi 45 FPS lalu naik lagi menjadi 90 FPS dan turun lagi menjadi 30 FPS. Framerate tak stabil seperti ini biasanya rawan membuat pemain merasakan pusing dalam beberapa menit bermain.
Maka dari itu, aturlah grafik menyesuaikan dengan spesifikasi PC yang kamu miliki seperti resolusi, shadows, anti-aliasing, ambient oclussion, dan settingan lainnya agar kamu dapat bermain dengan lancar, bebas lag, dan tentunya mengurangi gejala pusing dan mual. Bukankah lebih baik mengorbankan sedikit kualitas grafik dibandingkan kamu bermain game lag, patah-patah, sambil pusing-pusing dan mual-mual?
4. Seimbangkan waktu bermain dan istirahat
Solusi ini sebenarnya masih dalam perdebatan. Bahkan beberapa sumber mengatakan bahwa semakin lama kita bermain, maka tubuh akan semakin terbiasa dan beradaptasi dengan efek-efek dalam game yang dapat memicu gejala motion sickness. Sehingga gejala tersebut lambat laun akan menghilang.
Tubuh tentunya membutuhkan istirahat yang dapat memulihkan kembali kebugaran kita. Sehingga kita dapat kembali fokus dan dapat bermain makin GG. Dan kamu tentunya tidak ingin mengalami nasib seperti pria ini dan pemuda ini yang tewas karena bermain game non-stop tanpa istirahat, kan?
5. Bermain di ruangan dengan penerangan dan ventilasi udara yang baik, dan atur jarak pandang dengan layar.
Ini solusi yang memang sangat umum, tapi banyak gamer yang mengabaikannya. Bermain di ruangan dengan penerangan yang minim, tak hanya dapat memicu gejala motion sickness, namun juga berakibat buruk bagi mata. Maka atur penerangan di ruangan bermainmu. Jangan terlalu temaram seperti warung remang-remang, dan tentunya juga jangan terlalu terang. Sesuaikan juga tingkat kecerahan (brightness) di monitor atau layar device.
Dan rasanya, kita semua pasti pernah mendengar teguran, "Jangan terlalu dekat. Mundur sedikit dari layar!" Ya, sekarang cobalah membiasakan diri untuk bermain dengan jarak aman dari monitor atau layar. Tak hanya mengurangi resiko mata rabun, tetapi bermain dengan kebiasaan sehat seperti ini matamu tak terbatas melihati game yang kamu mainkan tetapi juga lingkungan sekitarmu. Hal ini dapat mengurangi resiko terjadinya motion sickness.
Pastikan juga ruangan tempatmu bermain memiliki ventilasi udara yang baik. Sirkulasi udara yang baik ketika bermain, memastikan tubuhmu mendapat pasokan oksigen yang cukup.
Pengalaman saya yang pernah bermain di sebuah rental yang ruangannya sempit dan ventilasi udara kurang baik: oksigen yang saya hirup tidak sebanding dengan karbondioksida, asap rokok yang mengepul seperti kabut sehingga membuat mata perih, serta bau badan dan mulut dari banyak orang yang bermain di rental tersebut. 15 menit kemudian, gejala motion sickness langsung saya alami.
Stay safe, and stay healthy.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H