Di tinta hitam syair aksara
Kutorehkan tentang rindu yang tersisa di serpihan luka hati
Di bentang luas semesta cinta
Kugantungkan secebis doa di antara lipatan setumpuk asa
Di warna pelangi sejuta rasa
'Ku pertaruhkan rinai jiwa di bilah-bilah tirani yang membasah
Merebah pualam pada tanah
Di mana bernaungnya jiwa
Kala bimbang rindu merancu di jeda luruh yang meruah
Tanamkan putik rasa agar puspa merona di lebur pucuk sari cinta
Ranumkan rindu berbuah agar manisnya rindu bagai madu dengan lebahnya
Simpanlah begitu rupa kelopak helainya agar kumbang senantiasa setia menjaga
Wahai amor yang menjelma di rahim tiap-tiap syair aksara hitam bertinta
Cabutlan anak-anak panahmu pada luka yang dalam berkarat di relung jiwa
Patahkan pula busur bidikmu di bait puisi yang darahnya memerah di luka cinta
Redamkan sendinya luka agar cinta merona bersama rindu yang menguntum
Ambigu resah merapalkan tentang rindu ketika tetes-tetesnya berubah menjadi embun
Dan tertinggal di antara ranting di pucuk-pucuk cinta
Kediri, 11 Oktober 2020
Buah karya: Abdul Azis Le Putra Marsyah
Catatan:
Amor= Cinta Berahi (berasal dari nama dewa asmara Amor dalam mitologi Yunani); asmara: ia sedang terkena panah
Tirani= Di Bawah kekuasaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H