Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ironi Duka Jelita Paraf Yatim (Bagian 2)

1 Oktober 2020   13:27 Diperbarui: 1 Oktober 2020   14:49 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

IRONI DUKA JELITA PARAF YATIM (Bag 2)

3//
Kala itu
Sembilan sembilan
Bersiul riuh selamat datang
Kepada si mungil berparas ayu
Rimba paru-paru dunia

Akan tetapi
Di usia yang masih dini
Ia sudah harus menyandang yatim piatu
Karena ayahnya harus meninggal
Terkena tabrak lari akibat pusing mencari biaya persalinan

Sedangkan
Ibunya ikut menyusul
Kepergian ayahnya akibat pendarahan ketuban hasil melahirkan
Sehingga
Tak heran jika
Ia diberi nama
Jelita Paraf Yatim

4//
Di usia yang beranjak
Ia tumbuh menjadi gadis
Yang menarik di pelantaraan cakrawala
Rambutnya yang berurai ikal
Keriting panjang daun sagu bersanding
Warna kulit eksotisnya alam Papua ditambah dengan manis sunset wajahnya yang seteduh
Danau Sentani merupakan paket sempurna

Yang membuat barisan laki-laki
Selalu jatuh hati ketika beradu pandangan
Pertama kali

5//
Saban hari melesat laju
Berganti kalender tahun per tahun
Di bangku perkuliahan
Fakultas biru Abepura
Si Jelita Paraf Yatim
Menemukan hakikat sebenarnya
Sebagai agen perubahan untuk tanah airnya

Sehingga
Tiada hari yang sunyi
Dengan suara-suara idealisme darinya
Yang selalu ia kobarkan di depan
Gapura kawalan aparatur senjata

Kediri, 01 Oktober 2020
Buah karya: Abdul Azis Le Putra Marsyah

Puisi sebelumnya:

IRONI DUKA JELITA PARAF YATIM (BAGIAN 1)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun