"Terlalu Banyak Metafora, Akhirnya Kau Jadi Omnivora"
_____________
Gadisku...
Segala yang kau lihat adalah bagian dari jeda
Rutinitas efek rumah kaca
Bumi ini luka
" Kau terlalu banyak bermajas akhirnya kau tak sadar kau kaum kelas berapa."
Gadisku melilit alisnya dengan kesedihan. Banyak keindahan dari pagi ia tak berdandan, mewarnai kulit.
Hingga menggores bibirnya dengan lipstik
Kini surut kedalam surat taraf bersyarat.
Tangannya seperti bakau.
Memangku paku didalam urat matanya, ia menjerit setiap kali mendengar kalimatku terlalu banyak melakoni majas.
" Kau indahkan penamu namum tidak benakmu. Kau pindahkan katamu, tapi kenapa lidahmu keluar seperti babu. Kau menulis tulus, tapi kenapa hatimu tak halus. Kau memperbanyak tersirat namun tak menjaga mata yang menulis kemerdekaan dengan surat. Kau tak pantas jadi semua ini."
Ia berdiri lalu menatapku tanpa sekat pemisah. Isak suaranya masih tersalib basah, tabah menghindar dari setiap rabah .
" Aku.."
" Jangan jelaskan. Kau hanya ingin orang bangga dengan kalimatmu namun niatmu mati ingat. Sempat?. Kau berpikir kapan semut berlari diguyuri minyak tanah?. Bahakan kau diam melihat nyamuk berjalan mengucapkan syukur."
Gadisku kemudian hilang
Bening
Dan tenang
Kediri, 21 September 2020
Buah Karya; Abdul Azis Le Putra Marsyah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H