Puisi ini tercipta untuk sahabatku yang berada di Jakarta, seorang wanita pejuang rupiah demi keluarga. Setiap hari pulang malam harus bebarengan dengan guyuran hujan.
Teruntuk Mbak Hera Veronica (Kompasianer) salam santun saya. Semoga kau tetap semangat.
"DARI BUMI KADIRI, KU TITIP SALAM UNTUK KAU YANG DI BAWAH LANGIT JAKARTA"
Buah Karya: Abdul Azis
1//
Puing - puing rindu itu kembali ku pungut dengan degup jantung yang tak biasa.
Serpihan kasih yang sudah lama hilang kembali coba ku kenang dengan mengerat lekatkan era lalu.
Seperti akar yang terus menjalar mencari sumber mata air.
Ku giring langkah kaki menemui ranjang tempat terbaik mencarimu dalam bayang.
2//
Sejelas lonceng gereja, dan
Semerdu lantunan Adzan di jam enam sore tadi.
Menghadirkan sebingkis harap pada kalbu,
Tentang segala jalan yang kita lalui untuk tetap baik - baik saja.
Sahabat..
Hawa bumi yang ku pijak akan beda rasa dengan buana tempatmu berdiam.
Kita hanya menjadi sedekat nadi
Ketika ku bersimpuh jari, menyujudkan diri menyembah khalik
Dan mendoakan mu dalam hening.
Sahabat..
Perjuangan, sukacita dan airmata yang menjadi teman dekat dalam hidup.
Itulah yang mengajarkan bagaimana dewasa dalam pengelaman.
3//
Sahabat....
Dari bumi Kadiri kutitip salam untukmu yang berada di bawah langit Jakarta
Biarkan hembusan bayu malam ini
Menjadi pengantar denyut nadiku
Yang adalah namamu sebagai sumber denyut itu.
Sahabat..
Bila ragamu lelah rehatlah sejenak.
Sebab esok masih ada proses yang menempah mu.
Sampaikan terima kasihmu pada Empunya kehidupan.
Salam untukmu
Sahabat..