Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cinta pada Titik Senja

14 September 2020   18:10 Diperbarui: 14 September 2020   18:09 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Docpri: Abdul Azis le putra marsyah

Di atas sajak-sajak marsyah
Aku mencumbui kamu
Dengan kekuatan doa
Agar kelak di suatu hari
Aku dapat memupuk keberanian kata-kata
Dikau yang bernama Adinda

Di bawah tumitmu nan sederhana
Aku menemukan lorong nirwana
Yang membuatku terpaku diam
Tanpa suara-suara sangkalan

Di tepi sorotan senja
Aku mengagumimu atas nama ketulusan
Seraya berbisik pada relung hati yang paling dalam
Agar langit bisa merestui inginku
Untuk mencium pipimu bersanding panggilan sayang

Namun, harapku yang tersemat hanyalah bertuah kecut
Perihal mulutku terkunci dalam sebutan pecundang
Hingga tak dapat mengantar rasa ini pada alamatmu
Yang jelas hanya membuatmu tahu kita hanyalah sebatas teman

Di tengah-tengah selipan mega
Aku berdiri dalam pertahanan kebodohan
Yang memungut api-api kecemburuan
Dalam bola mata amarah
Yang tak sanggup melihatmu berdekatan dengan orang lain

"Apakah aku terlalu egois?"

"Aku rasa tidak!"

Sebab nuraniku berkata apa adanya
Walaupun, sikap ksatria-nya masih terlampau penakut

Hmmm

Biarkanlah saja ini menjadi rahasia
Antara aku dan Tuhan
Bahwa cinta ini abadi memilihmu
Meskipun aku tahu kini kau telah menjadi empunya orang

Mungkin,
Ini adalah kebodohanku yang hakiki
Yang mencintaimu tanpa merangkul
Dan membiarkan kita berdua berjalan dengan nama teman
Tapi aku masih merasa yakin
Jika hari ini kau tidak mengetahui rasa ini
Maka itu hanyalah ketertudaaan semata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun