Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Beda Agama

12 September 2020   18:00 Diperbarui: 12 September 2020   18:17 2460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari-hari kita bersama. Yang mana waktu itu dia bernotabene sebagai Muslimah dan dengan aku yang beriman Nasrani. Tak pernah sekalipun mempedulikan omongan-omongan murahan yang menguji kekuatan hubungan kita. Bahkan dengan segala kelembutan hatimu, kau tak sedikitpun memaksakan aku mengikuti keyakinanmu tersebut. Agar bisa menjadi satu masa depan yang cerah untuk sampai ke pelaminan.

"Aisyah, bagiku kau adalah titipan Malaikat yang terpapar dalam Alkitabku". Gerutuku saat selain dia selalu menceritakan indahnya Islami.

Kau juga menuntunku untuk tak melupakan hari mingguku untuk beribadah dan menghayati segala kotbah dari pastor gereja. Segala suara telah membisu mengigit bibirku dengan halaman ratapan yang menganga. Tatkala ada beberapa momen yang sangat mengharu birukan. Dalam berinteraksi di tanah Pancasilais yang mana sempat beberapa kali kita berjalan bersama, menghabiskan waktu dengan sungguhan lalapan di pinggiran jalanan senja. Seraya berdoa dengan ucapan syukur yang tak seragam, Yaitu: Tanda Salib dariku bersanding ayat-ayat Bismilah darinya. Itu selalu menjadi awalan kita untuk menyantap hidangan yang terpapar. Tanpa mempedulikan tatapan-tatapan aneh dari beribu mata yang mengelilingi meja makan kita berdua.

Durasi-durasi yang teramat indah kini harus terjerumus dalam situasi genting. Perihal bak sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan terjatuh juga. Yang menggambarkan hubungan kita akhirnya diketahui oleh kedua orang tua kita. Dan mulanya kita menganggap itu serba biasa, sebab sebelum di ketahui kita telah saling berkunjung menjalankan segala silahturahmi. Baik hari Idul Fitri maupun Desember Natal.

Namun semuanya yang kita pikirkan tak semudah membalikkan telapak tangan. Ketegasan dari orang tuanya berserta dengan orang tua ku amat keras menanggapi hubungan yang kita jalani. Bahkan mereka akhirnya melayangkan pilihan yang bukan main.

"Jika kau ingin terus bersama satu di antara  kalian harus mengugurkan iman yang melekat sejak lahir"

Semenjak itu kita berpisah karena Keyakinan Agama telah  mengalahkan semua. Tak terasapun sudah beberapa tahun kita berpisah. Dan aku sampai sekarang masih mengingat kejadian yang menyayat tersebut. Kala itu tekanan-tekanan yang datang bertubi-tubi, perlahan melebarkan jurang pemisah yang teramat dalam. Sehingga canda tawa bersama seakan hilang dari kehidupan kita yang masih menjalin hubungan.

Sampai akhirnya
Pukul 3 sore 2 September, dia yang menyempatkan diri bertamu di kediamanku. Secara berat mengutarakan keinginannya untuk mengikuti kepercayaanku, karena tak mau berpisah dariku.

"Gedeon 3 tahun lamanya kita berpisah. Selama itu pula pikiranku berputar-putar di namamu. Maka kehadiranku kali ini, izinkan aku menganut kepercayaanmu dan mari kita rencanakan kembali apa yang sempat terputus"

Dan jujur perkataan dia tersebut hampir membuatku mengiyakan kemauan tersebut. Karena atas dasar alibi yang sama. Namun setelah mencoba berpikir jernih, aku akhirnya dengan maaf menolaknya secara halus. Yang justru akhirnya membuatmu mengucapkan salam perpisahan untuk selama-lamanya.

Ketika itu, aku yang notabenenya adalah penulis puisi. Maka dengan mengenangmu atas cinta kita, kupersembahkan PUISI ini dia Seorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun