Kupapah engkau tertatih melawan aspal dan kerikil
Kugendong engkau di bahuku seakan engkau terbang bersama burung mungil
Tangismu adalah caramu yang paling ampuh saat kau ingin sepatu baru
Tawamu adalah sinfoni nada yang menyejukan hati dan mataku
Tapi nak, maafkan bapak yang tak bisa membahagiakanmu meski untuk membeli susu
Nak duduk sini dekat bapak
Jangan kau menangis terisak lupakan sesaat semua hasrat yang bergejolak
Jadilah lelaki seperti bapak, berjiwa pemberontak
Lihat, warna muka bapak tak lagi sama dengan warna telapak
"Nak kalau kau sudah besar nanti, jadilah seorang penyair, tanpa kata melankolis, ayah mau kau menjadi penyair seperti om Wiji, berjuang demi rakyat meski tak digaji"
"Nak, bagi seorang lelaki yang lahir dizaman kolonial
janganlah engkau menjelma menjadi lelaki  modern
sebab kebebasanmu ialah segelintir kepalsuan
sebab engkau kawanan kijang terancam panah
kakimu tertakdir lahirnya darah"
Buah karya: Abdul Azis (Le Putra Marsyah)
Kediri, Penghujung Agustus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H