Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Teruntuk Tuhan dan Tuan

26 Agustus 2020   20:07 Diperbarui: 26 Agustus 2020   20:07 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pict by: Asfiana Mugisari

Karya: Le Putra Marsyah (Abdul Azis)

Negara memegang satu bara di tangan kiri,
Tangan kanan menadah amanat Ilahi yang teringkari.
Dari pemimpin yang bersembunyi
Bertanya pada satu titik di kedalaman hati.

Ini keluh rinduku padamu kutautkan di muka Bangsa
Semestinya kita berpadu; kau adalah wujud rasa yang dipikirkan di mata sendu

Ibu..
Ibu Pertiwi
Kau jangan menangis lagi
Serahkan pada kami;anak-anak Negeri
Tuk menyelami muara bencana melanda bumi
Yang dampaknya juga kita alami
Biarkan kami yang bertanya, pada pemimpin kami

Tuhan.
Jika kami hambaMu boleh bertanya,
Apakah makhluk yang kau ciptakan teratas nama Corona, adalah makhluk yang paling durjana?
Dia merusak segalanya
Bapak Ibu tak kerja, kami makan apa? Susu adik habis, merengek, mau beli pakai uang mana?

Tuhan,
Kami pelajar dan mahasiswa
Harus belajar dengan sosial media
Lalu bagaimana dengan yang tak punya?
Tuhan, kami kini sedang beratanya!

Kami berada di bulan kelahiran Bangsa
Apa ini yang disebut Merdeka?
Negara merintih nan merana
Mata air tersaing Air mata
Air mata dari Tanah Air yang terluka

Dan teruntuk Tuan (pemimpin)
Kami ingin merdeka yang benar-benar merdeka
Kami ingin menjadi semula
Penuh suka cita dihari perayaannya
Dirasakan dari Sabang sampai Merauke, Miangas, juga Rote

Teruntuk Tuan Dan Tuhan, 

KAMI ANAK BANGSA, RINDU SEGALANYA.

Kediri, 14 Agustus 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun