Kesiur angin ketuk malam-malam paripurna
Bulan Juli mengering
Singgah di pucuk-pucuk tunas
Simpang empat Sekar Taji yang menulis ingatan
Halimun berkerubung, ngungun
Mendekatkan aku pada wajah-wajah masa lalu
Rupa ayu Dewi Kilisuci
Putri dari Taja Airlangga
Yang menitikkan cinta
Di antara nguar harum melati
Meski tanpa puisi
Melegenda di kota Kediri
Kau lihatlah telapak tanganku yang kusam
Wahai kota dengan sejuta elok cerita
Tatkala kepalaku runduk membaca riwayatmu diam-diam
Geliat kotamu, molek
Mematung di cermin peradaban
Tak usai-usai berdandan
Entah apa yang kini tengah berkelindan
Kau tataplah ceruk mataku penuh isyarat peristiwa
Wahai kota dengan sejarah jelita nusantara
Jiwaku haru di depan jagad ketakmengertian
Saat aku lihat orang-orang
Bergegas menyulut masa depan
Maka,
Kumohon tak kau halau hadirku dengan putih kabutmu
Namun antarkanlah aku
Menaiki angin yang menipiskan bayangan dan kenyataan
Akan aku sibak rekah tanah-tanah
Yang tak lapuk memuntahkan sejarah
Hingga buram mataku benar-benar tak lagi mampu menjamah
Kediri, 25 Agustus 2020
Buah Karya: Abdul Azis (Le Putra Marsyah)