Juli 2012, saya masih menjadi mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Tangerang, yang hendak mengawali hari sebagai mahasiswa magang di sebuah perusahaan travel di daerah Jakarta Pusat; Saat itulah saya mengalami suka duka rutinitas sebagai pekerja kantoran, mendapatkan kawan-kawan baru serta mendengarkan juga keluh kesah mereka mengenai apa saja yang berhubungan dengan kantor, baik itu bos ataupun kolega. Setelah menyelesaikan magang, saya sempat main ke kantor saya pada bulan Juni 2013, ternyata, 10 dari kolega saya sudah tidak bekerja disana lagi, rata-rata mereka pindah akibat keadaan kantor yang buruk serta kebijakan-kebijakan yang mengekang mereka.
Saya sempat berdiskusi dengan kawan saya yang berada di Kanada, mengenai iklim bekerja di Indonesia dan negara-negara barat. Dia mengatakan bahwa rata-rata karyawan di negara-negara barat juga mempunyai pressure yang sama namun mereka masih mendapat perlakuan lebih manusiawi, dimana mereka bekerja dalam waktu reguler namun masih dibopong dengan hak-hak mereka. Dari apa yang saya diskusikan dengan teman saya dan apa yang saya lihat sendiri selama magang inilah kesimpulan-kesimpulan yang kami dapatkan:
1. Karyawan di negara-negara barat rata-rata tidak bekerja lembur, perusahaan-perusahaan disana justru menganjurkan agar tidak lembur, sementara di Indonesia, filosofi boss pada karyawan adalah "kalau perlu ga usah pulang"
2. Karyawan di barat diwajibkan menghabiskan jatah cuti mereka, kalau di Indonesia kalau perlu jangan ambil cuti
3. Kewajiban selalu lebih ditonjolkan dibandingkan hak, hal yang membuat karyawan tidak semangat bekerja
4. Di barat, boss bukanlah dewa, asal ada alasan yang tepat, berargumen atau tidak setuju sangat boleh, sementara di Indonesia, boss adalah dewa yang harus dituruti
5. Keadaan hectic di kantor diperparah dengan keadaan hectic lalu lintas terutama Jakarta
6. Perusahaan-perusahaan di Indonesia mayoritas lebih peduli dengan profit dibanding kebahagian karyawan (kejar setoran ibarat angkot atau kopaja)
Singkat kata sedari MOS di SMA, OSPEK di Kampus hingga kerja sebagai karyawan pun memang mental budak orang Indonesia selalu diasah karena yang diperlihatkan adalah kewajiban terus menerus tanpa memikirkan hak. Padahal, hak seorang karyawan adalah 8 jam kerja saja, tapi seringkali mereka dipaksa lembur meski ngga perlu-perlu banget
Pernah saya menonton program acara luar negeri terkenal "Undercover Boss", di program tersebut para bos perusahaan menyamar sebagai pegawai dan mulai mengorek permasalahan-permasalahan yang dihadapi perusahaan, dan terutama dari karyawan mereka sendiri. Di akhir acara, si bos akan membuka penyamaran dan mulai mengulas hal positif dan negatif yang ditemui selama menyamar serta mencari solusi dan tak lupa si boss memberikan bantuan pada karyawan, entah itu dengan bantuan-bantuan seperti beasiswa, tanggungan atau bahkan insentif trip bagi dia dan keluarga.
Setelah melihat program tersebut saya menyadari bahwa sebuah perusahaan dapat berjalan dengan baik jika hak-hak dari karyawan dapat terpenuhi dibandingkan dengan hanya memaksa karyawan untuk bekerja rodi seharian. Perusahaan-perusahaan dalam Undercover Boss sendiri mendapatkan peningkatan kinerja setelah mereka memberikan segala hak-hak bagi karyawannya. Sudah saatnya petinggi-petinggi perusahaan juga lebih memikirkan hak dibanding hanya kewajiban karyawan dan target profit semata. Karena kebahagiaan karyawan bisa juga berpengaruh dengan peningkatan kinerja dan profit bagi perusahaan.