Mohon tunggu...
GENTRUDIS PURBA
GENTRUDIS PURBA Mohon Tunggu... Novelis - Pencari suaka di kala sunyi

Penyair dengan lisan yang hangat mampu bercerita menyampaikan kata kata hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Tersayat Belati yang Ku Asah

25 Oktober 2020   13:50 Diperbarui: 25 Oktober 2020   13:58 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku selalu berharap akan bisa merangkul badai
Hingga sepuluh jemari dan satu hati ku
Telah berjanji mengubah sesuatu yang gelap menjadi terang

Dan aku akan memeluk mu erat,hingga tidak sedikit pun dingin kamu rasakan
Akan ku selimut kan padamu tubuh ini
Biar badan mu terasa hangat saat menepis nya

Hingga hati mu terasa senang berada duduk di samping ku
Dan aku ingin menyakin kan hati mu untuk percaya
Kalau aku akan menemani mu sampai selamanya

Dan aku tidak peduli walau hal apapun yang datang menyobai
Akan ku pertahan kan walau bada merenggut ku
Hal itu ku tau dari pikiran ku,telah menyanyangi mu lebih dari segalanya

Entah kenapa logika ku selalu kalah dengan hati
Saat ketika embun pagi menjamah dedaunan hingga basah
Hingga saat malam angin berhembus dari ufuk barat

Telah terbisik di telinga ku,kalau ternyata bahagia mu sudah ada bukan untuk ku
Rasanya aku tersayat belati yang ku asah sendiri
Aku bisa apa dengan sayatan belati ku?lalu ku hisap darah luka ku

Aku menangisi pedih nya,terasa perihnya,hingga sakit nya mengorek nadi
Lagian aku hanya berprinsip mengubah gelap menjadi terang
Sedang kan yang jelas mampu membuat senang telah langsung menemui sang Putri

Bisa apa aku?
Aku hanya seseorang yang menempel kan luka di hatinya,lalu mencabut nya kembali
hahahaha mimpi,yah mimpi
Jelas aku tau tidak lah bisa menjanjikan kebahagiaan
Jadi,biar lah luka ini ku bawa
Dan bersama nya,kamu akan bahagia
Selamat tinggal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun