Mohon tunggu...
Leopoldus Giovani Sitohang
Leopoldus Giovani Sitohang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Frater Serikat Sabda Allah (SVD)

Mahasiswa STFT WIDYA SASANA Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Domestikasi Perempuan dan Jebakan bagi Laki-Laki

17 Agustus 2021   07:48 Diperbarui: 17 Agustus 2021   21:37 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal Mula Munculnya Konsep 3M

Seiring berjalannya waktu, manusia akhirnya sadar akan perlunya perdamaian. Zaman perang atau hukum rimba belantara telah berakhir. Semua masyarakat dari berbagai klan atau etnis akhirnya mulai dapat berelasi satu sama lain. Laki-laki yang dulunya selalu waspada akan perang kini dapat mengembangkan diri dengan aman karena telah dalam situasi damai. Situasi damai ini membuat laki-laki terus berkembang, karena ia dapat berelasi dengan bebas di luar. Wawasan laki-laki semakin terbuka dan pemikiran mereka semakin maju. Sedangkan perempuan? Apa kabar perempuan? Mereka tetap terkungkung di dalam rumah!

Di satu pihak perubahan zaman pada waktu itu memberikan dampak positif bagi kaum laki-laki, namun di lain pihak memberikan dampak negative bagi perempuan. Bagaimana perempuan terkena dampak negative kemajuan zaman?  Zaman perang atau hukum rimba belantara telah usai, namun perempuan masih saja terproteksi di dalam rumah. Ruang gerak mereka masih terkungkung di sektor domestik. Sementaraa laki-laki yang dapat bergerak bebas, menjadi semakin dominan dalam segala hal, seperti pekerjaan, ilmu pengetahuan, dsb.

Seiring bejalannya waktu pemahaman manusia menjadi berbeda. Perempuan diminta untuk tinggal di rumah bukan lagi karena dianggap sebagai harta yang harus dilindungi dan dijauhkan dari ancaman atau bahaya, melainkan karena dianggap "IRT (ibu rumah tangga) memang sudah menjadi kodrat mereka". Tanpa disadari mulailah laki-laki mendiskreditkan gender perempuan. Laki-laki mulai menganggap diri lebih unggul dari perempuan dalam banyak hal. Akhirnya konsep ini terbawa dengan sendirinya dan secara tak sadar konsep ini menjadi warisan yang sudah tertulis dalam hati dan pemikiran semua orang.

Iniah pergeseran nilai yang dimaksud di atas. Perempuan diminta harus berada di rumah bukan lagi karena dianggap sebagai mahkota klan atau harta yang harus dijaga, melainkan karena seolah-olah perempuan memang telah dikodratkan dengan tugas-tugas rumah itu. Perempuan dalam artian tertentu akhirnya menjadi tertindas. Mengapa? Alasannya karena mereka tidak diberi hak untuk mengembangkan diri. Sementara laki-laki? Mereka diberi kebebasan dan kesempatan untuk bergerak maju dan berkembang.

Sekarang jelaslah bahwa ideologi domestisitas atau pun domestikasi perempuan yang melemparkan perempuan ke dunia dapur atau dalam istilah Jawa dikenal "3M", Manak (melahirkan), Masak, Macak (berhias) sesungguhnya bukan diawali oleh persepsi negatif! Tidak ada maksud untuk mendiskreditkan atau meremehkan kodrat perempuan. Manusia hanya tidak menyadari bahwa telah terjadi pergeseran nilai akibat perubahan zaman.

Jangan Remehkan Perempuan. Hati-Hati Jebakan!

Selama ratusan tahun bahkan ribuan tahun laki-laki menguasai segala panggung, seperti panggung ilmu pengetahuan, panggung politik, pangung militer, dsb. Banyak laki-laki bekerja disektor publik sedangkan perempuan hanya bekerja di sektor domestik. Apakah ini berarti laki-laki lebih unggul daripada perempuan? Apakah benar laki-laki lebih pintar (rasional) dari pada perempuan (konon katanya emosional)? Benarkah laki-laki lebih unggul secara fisik? Selemah itukah perempuan? Apakah dominasi laki-laki ini dapat dijadikan sebagai indikasi bahwa laki-laki lebih unggul dalam segala hal? Itu semua hanya jebakan bagi laki-laki!

"Bercermin dari belalang sembah betina dan laba-laba betina". Taukah anda fakta menarik tentang belalang sembah (praying mantis) betina dan laba-laba betina? Faktanya setelah kawin biasanya belalang sembah betina langsung merasa lapar. Belalang sembah betina yang lapar tidak perlu repot jauh-jauh mencari makanan, karena sang betina bisa langsung melahap sang jantan! Hal ini juga berlaku pada binatang lain. Nasib "habis kawin harus menjadi fast-food" ini juga dialami para jantan jenis binatang lain, misalnya laba-laba.

Ternyata kaum betina memang memiliki peran dan fungsi lebih penting dalam kehidupan sehingga berhak hidup lebih lama. Sementara kaum jantan? Dalam konteks belalang sembah dan laba-laba, kaum jantan harus puas memegang peran sekedar menjadi pembantu yang harus rela mengorbankan hidup demi sang betina! Ini masih seputar dunia margasatwa! Bagaimana dengan dunia manusia?

Sekilas memang dunia margasatwa tampak berbeda dengan manusia. Di dunia manusia para laki-laki (sebut saja "jantan") terkesan memiliki kedudukan yang lebih terhormat daripada perempuan (sebut saja "betina"). Bahkan di dunia manusia ada kesan bahwa laki-laki seolah-olah lebih "penting" ketimbang perempuan. Ada kesan bahwa laki-laki mendominasi dalam berbagai hal. Dominasi laki-laki ini sering membuat para laki-laki terkesan lebih unggul dalam berbagai hal dari pada perempuan. Akan tetapi bila dipikir-pikir itu hanya sebatas "kesan" belaka. Sebenarnya semua kesan itu sekadar ilusi, semacam fatamorgana di gurun pasir, untuk menyesatkan pandangan manusia, terutama laki-laki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun