Belakangan ini pembahasan tentang privilese sedang banyak diperbincangkan, terutama di media sosial. Bisa dibilang pembahasannya dipelopori oleh kisah Maudy Ayunda tentang kesempatannya untuk bisa fokus menimba ilmu untuk meraih cita-citanya. Sementara masih banyak anak muda yang terpaksa melupakan mimpinya karena harus bersikap realistis.
Berkompromi dengan nasib, mereka mengambil pekerjaan yang tak sesuai passion, asalkan berpenghasilan. Supaya bisa meringankan beban orang tua dan bantu membiayai sekolah adik-adik yang masih kecil.
Dalam ilmu sosial, antropolog Ralph Linton pernah menyebutkan istilah assigned status dan ascribed status. Assigned status berarti status yang dimiliki seseorang karena lahir dari golongan tertentu, misalnya keturunan bangsawan atau berasal dari keluarga golongan elit.
Sementara itu ascribed status dimiliki karena usaha seseorang itu dan tak ada hubungannya dengan keturunan. Bisa dibilang, privilese berlaku bagi orang-orang dengan assigned status ini.
Nah, meski keduanya punya definisi masing-masing, toh, Linton pun mengakui bahwa pada praktiknya tidak mudah menentukan apakah status---atau dalam hal ini adalah kesuksesan---seseorang itu didapat karena keturunan atau karena memang diupayakan. Bukan nggak mungkin, lho, yang terjadi adalah perpaduan keduanya.
Pada akhirnya, privilese itu ada dan sebenarnya kita semua punya hak istimewa masing-masing. Seringkali kita terkagum-kagum dengan kesuksesan orang lain. Atau sering jumawa dengan kesuksesan diri sendiri.
Yang bikin lupa, sukses sering terjadi karena ada privilese tersembunyi yang menyertai. Yang mungkin bukan ingin diingkari, tapi tidak disadari.
Tentu saja bukan berarti mereka yang sukses besar dengan bantuan jadi kurang elok keberhasilannya. Toh banyak juga mereka yang memiliki privilese tapi tak sesukses Bill Gates.
Disisi lain, orang-orang yang merasa nggak punya privilese dan mengomentari mereka yang orang tuanya kaya tapi berasa paling capek sedunia, itu juga privilese bagi rakyat jelata.
Tulisan ini tidak bermaksud mengecilkan kesuksesan orang-orang besar, tapi lebih terbuka untuk melihat bahwa ada banyak faktor yang membantu suksesnya seseorang. Yang sering kita lupakan adalah talenta dan kerja keras juga jadi dua faktor yang bisa mengantar seseorang mencapai kesuksesan.