Punggung yang kokoh itu tak pernah berbicara bahwa hari-harinya berat, dengan jutaan tanggung jawab yang dipanggulnya.
Berjalan menyelesaikan seikat janji, agar dirinya menjadi Punggung yang kokoh, penopang kehidupan bahagia setiap orang.
Terlihat tegap Punggung yang kokoh itu berjalan dengan pasti, penuh keyakinan, bahwa senyuman banyak bibir adalah persembahan dari hasil tangan mujarab yang dia miliki.
Jiwa yang abadi dengan kebaikan, yang bisa memiliki Punggung yang kokoh, untuk dipeluk oleh penerima kehidupan, dengan beribu kata kasih,dari hasil yang dia usahakan.
Punggung yang kokoh itu selalu meberikan rasa manis, dalam setiap jejak langkah yang dipijak oleh kaki berkekuatan perasaan lembut.
Sejauh apapun Punggung yang kokoh itu menjelajahi bumi, selalu kehidupan yang dia nyalakan.
Saat sang Punggung yang kokoh menyebarkan sebuah aroma, disanalah wewangian rasa sayang berbau harum menyelimutinya.
Walau Punggung yang kokoh itu tak pernah bersuara, tapi hatinya selalu mengisi setiap hati yang menanti kedatangannya,berharap dibangkitkan jiwanya, yang buta akan kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H