Kaki ini melangkah tanpa ada arah, karena menghidupkan hidup, namun terkunci langkahmu yang menemani.
Tangan ini merajut kata, bahasa dan juga makna dengan bebas karena tak memiliki inspirasi, tiba-tiba terkunci oleh balasan kata lewat puisi hati.
Mata ini melihat hal-hal yang rupawan untuk mengisi dahaganya kemasyuran ciptaan rupa, terkunci oleh mata yang mengawasi tanpa meminta kebaikannya kembali.
Telinga biasa mendengar lirik mengayun ribuan arti pengalaman, kini terkunci oleh telinga yang selalu mengadahkan suaraku yang terfavoritnya.
Hidung selalu menghirup udara semesta dengan kesegaran pagi, terkunci oleh hidung yang hanya kenal dengan aroma wangi yang selalu hidupkan aroma bajuku.
Mulut selalu berbicara salah arti karena tindakan tanpa alasan, yang belum terbuka oleh pemecahan, terkunci oleh mulut dengan kebaikkannya meramu rasa tak tahu dan rasa ragu menjadi pasti.
Kepercayaan hambar karena selalu bertemu hal-hal yang melanggarnya, hingga dengan gampang terkunci otomatis oleh bisikan pelukan kejujuran darinya.
Kelembutan, kasih sayang, dan perhatian selalu terkunci dalam hati setiap manusia. Namun ada yang terlihat atau ada yang tersamar karena hati tempat paling penting untuk sebuah perasaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI