INSIDEN penembakan itu cukup menghebohkan masyarakat sekitar. Ragam komentar dan analisis pun mencuat. Ada yang prihatin dan mengutuk pelaku kekerasan itu,setelah tahu yang jadi korban adalah Marihot alias Riko,yang pergaulannya cukup luas di seputaran Samosir.
"Sai mate dibuat begu ma akka parjahat I", omel seorang ibu berambut putih penuh uban. (Mampuslah penjahat itu diambil setan).
Polisi memberi perhatian ekstra. Sebagai daerah wisata populer, citra pulau Samosir harus dijaga. Polisi sudah meminta bantuan polisi di daerah-daerah yang kemungkinan dilintasi Fortuner hitam itu. Meski informasi dari Riko hanya menyebut nomor plat tanpa serinya, itu sudah sangat bermanfaat bagi polisi melacak.
Polisi di Dolok Sanggul sudah dihubungi, begitu juga polisi Siborongborong dan Tarutung. Sementara untuk arah Medan via Sidikalang dan Kabanjahe juga sudah dihubungi.
* * * * *
NIKA bersandar lemas, pikirannya mulai bekerja,meski masih agak linglung. Efek obat bius itu perlahan mulai menghilang. Nika mereview apa yang terjadi. Ia tak bicara sepatah pun, walau pria berkumis di sampingnya berulangkali menyapa dengan suara ramah.
"Minum dulu non, kamu sudah haus. Atau lapar barangkali, ini ada roti menunggu nanti dibelikan makanan." Tonny membujuk. Malah Nika menatapnya dengan mata mendelik marah.
Dicoba beberapa kali tak juga menyahuti, Tonny tak hilang akal. Dia tahu gadis itu sedang menyimpan amarah. Tonny meraba tangan gadis itu."Ayolah dik minumlah sedikit aja sayang, kita masih lama sampai di Jakarta."
Pancingan Tonny berhasil.
Nika merenggut tangannya dari genggaman lelaki itu.
"Laki-laki brengsek, penjahat kampungan main culik gadis. Awas kalian akan merasakan ganjaran." Nada suara Nika melengking, matanya melotot.