DEJA VU? Miracle, ataukah halusinasi semata. Â Riko tak percaya dengan apa yang tiba-tiba hadir di ruang pandangnya.Â
Tadinya acuh saja ketika Inova hitam itu menepi di depan warung. Biasa, tiap hari semua kedai atau resto yang ada di pinggir jalan menghadap Danau Toba, ramai disinggahi ragam kenderaan. Tempat yang lazim disebut PANATAPAN (tempat menatap ke Danau Toba), salah satu destinasi andalan Kota wisata Parapat. Selain posisinya strategis menikmati panorama alam, ada kawanan monyet menjadi nilai plus buat ditonton.
 Riko menyeruput kopinya sedikit demi sedikit sambil berpikir tujuh keliling setelah pertemuan dengan tiga pria yang tak dikenalnya sama sekali. Riko menyadari dirinya seorang bodoh yang diperdayakan segampang itu. Tadinya percaya orang itu pengusaha rekaman musik yang menawarinya bisnis rekaman. Di luar dugaan, justru ancaman yang mengejutkan. Riko tak menduga, kisah cintanya pada gadis Jakarta itu berbuntut liar. Dalam hitungan menit Riko bertanya-tanya di mana gerangan Nikana kini. Riko merasa kerinduan mendera hati, mengharubiru ruang khayalnya. Di mana dan bagaimana kabar Nika sekarang. Riko pun sudah beranjak berdiri mau membayar kopinya.
Lalu matanya melihat sosok gadis turun dari Inova hitam. Sosok gadis berkacamata hitam lebar itu mengundang perhatiannya, karena posturnya seperti Nikana.Â
Nika menatap Riko tak berkedip.
Riko memperhatikan gadis itu, dan saat itulah jantungnya berdebar. Apa mungkin yang dilihatnya itu adalah Nika?
"Riko..."
Dari mana datangnya suara lembut yang memanggil namanya itu. Riko celingukan mencari dari arah mana datangnya suara memanggil barusan. Tak ada perempuan lain kecuali gadis bercelana jins yang turun dari Inova.Â
Gadis itu mendekat, dan berdiri sekitar tiga meter di hadapannya.
Halusinasi?Atau, Mimpikah ini?
"Riko..."