Mohon tunggu...
Leonardo Tolstoy Simanjuntak
Leonardo Tolstoy Simanjuntak Mohon Tunggu... Wiraswasta - freelancer

Membaca,menyimak,menulis: pewarna hidup.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

(Lifestyle) Kesepian? Kafe Bisa Jadi Pelarian

26 Mei 2014   04:04 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:07 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1401079130262469467

[caption id="attachment_338453" align="alignnone" width="448" caption="Kafe di tanggul Sungai di Tarutung, bersantai melawan kesepian.(Foto:Kompasianer)"][/caption]

Hadirnya tempat makan minum sembari santai, kini hadir dimana-mana. Tak cuma di kota besar, di kota kecil juga sudah bermunculan kedai-kedai minum berlabel kafe. Ketika saya jalan-jalan ke beberapa kota kecil seperti Sidikalang di Dairi, Dolok Sanggul di Kabupaten Humbang Hasundutan, Balige di Kabupaten Tobasa, Tarutung di Kabupaten Tapanuli Utara,Kabanjahe di Tanah Karo,  saya terkesan dengan adanya sejumlah kafe di beberapa corner kota itu (semuanya di Sumatera Utara).
Yang namanya kafe, memang condong diasumsikan  kurang positip. Seorang pria yang pergi ke kafe konotasinya cenderung ditengarai mencari hiburan dengan wanita sebagai "menu" utama. Pada hal itu tak selalu benar. Banyak orang pergi ke kafe memang berlatar sekadar santai, menghibur diri dari rasa kesepian, atau mungkin cuma sekadar makan atau minum sesuatu penyegar. Saya teringat pada tulisan di Tempo.co, bahwa kafe juga dikonotasikan semacam tempat wisata sederhana yang menyenangkan. Bukan hanya di Indonesia, di beberapa negara maju lainnya kafe menjadi tempat khusus bagi kebanyakan orang yang mencari ketenangan. Di Jepang bahkan ada kafe buat orang kesepian.
Berwisata seorang diri terkadang membuat kita merasa kesepian. Namun hal itu bukanlah alasan untuk ragu-ragu duduk sendirian di sebuah restoran. Terutama bila Anda datang ke Moomin House Cafe saat berwisata ke Jepang.
Meskipun Moomin House Cafe sudah berdiri sejak 2003, baru belakangan namanya mencuat dan menyebarkan virus anti-kesepiannya. Dikutip dari CNN, Jumat, 16 Mei 2014, kafe ini menawarkan konsep unik bagi para pengunjung yang datang sendirian atau tidak punya pasangan alias jomblo.
Sebuah boneka kuda nil khas Finlandia yang dikenal dengan nama Moomin diletakkan di setiap meja untuk menemani para tamu. Keberadaan Moomin ini menjadi teman makan para tamu sehingga tak kesepian. Memang, sejak konsep anti-kesepian ini dibuat, kafe tersebut selalu kebanjiran pengunjung.
Meski berada di Jepang, kafe ini menyajikan makanan khas Finlandia. Seperti roti gandum khas Finlandia serta makanan dan kue-kue dengan bentuk karakter Moomin yang terinspirasi dari anime Jepang.
Saat ini ada tiga cabang Moomin House Cafe di seluruh Jepang. Yang teramai berada di Tokyo Dome City LaQua Shop. Rencananya tahun depan pengelola kafe akan membuka satu cabang lagi.
Bagaimana dengan kafe-kafe yang bermunculan di berbagai kota di Indonesia. Kafe juga paling tidak menjadi suatu tempat dimana kesepian diatasi dengan suasana pergaulan yang dilandasi keakraban. Kafe menjadi sebuah lokasi komunitas orang-orang yang cencerung mencari hiburan. Singkirkan dulu pemahaman bahwa di sana ada gadis-gadis pramuria, dan tawa genitnya saat menuang bir ke gelas tamu pria. Tak semua tempat berlabel kafe bertautan dengan gambaran tentang kenakalan pria. Meskipun mungkin ada yang kesannya demikian.
Seperti kata seorang warga yang tinggal dekat sebuah kafe di Balige," kalau soal tempat bernakal-nakal, dimana pun bisa, kenapa harus di kafe".
Atau kata sepasang suami istri yang pernah beberapa kali datang ke sebuah kafe," kami merasa santai duduk beberapa jam di sana, minum jus sambil dengar musik keyboard dan penyanyi kagetan di mana setiap orang bebas dan merasa mampu menyanyikan suatu lagu."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun