Mohon tunggu...
Leonardo Tolstoy Simanjuntak
Leonardo Tolstoy Simanjuntak Mohon Tunggu... Wiraswasta - freelancer

Membaca,menyimak,menulis: pewarna hidup.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kutinggalkan Cintaku Terkapar di Tuktuk (40)

10 Desember 2014   21:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:35 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

NIKA jadi buah bibir di sekitar desa itu. Juga di kampungnya Namboru Tiar. Namanya kebaikan, cepar menyebar di kalangan wanita. Nika yang murah hati dan suka memberi kepada yang kesusahan, jadi bahan cerita tak habis-habisnya kala kaum ibu ngerumpi di pinggir danau, di halaman rumah, bahkan di pesta-pesta adat.
"Gadis itu bukan main baiknya," cetus Namboru Tiarma pada tetangga yang ngiler mendengarnya." Baru semalam nginap di rumahku, langsung dikasinya aku tiga juta, katanya supaya aku bisa perbaiki atap rumahku yang bocor."
"Turis yang aneh," komen yang lain.
"Anak gadis orang kaya," timpal yang lainnya.
"Dia juga kasi uang begitu banyak saat menjenguk ibu yang sakit, wah padahal kenalpun tidak," tukas ibu lainnya lagi.
"Riko beruntung dapat gadis secantik dan sebaik itu."
" Sssst,  Riko hanya teman penuntun dia saja selama di Samosir," bantah seorang gadis.
"Katanya gadis itu mau dibawa Riko lagi ke Tarutung sana, kok ngapain ke sana ya, apa mau ke Salib Kasih? Memamgnya dia itu Kristiani."
Lalu ada gadis centil setengah bercanda," Jangan-jangan sudah saling suka keduanya satu sama lain.Masak turis begitu lengket sama guide."
"Yah apa yang mustahil ya," suara gadis lainnya.
"Ah, tak mungkin sejauh itu, masak gadis secantik dan sekaya itu gampang jatuh cinta sama anak pengangguran kayak Riko."
"Kenapa tidak. Cinta itu kan tak punya mata tapi punya hati."
"Lagian Riko itu kan ganteng, pandai gitar dan nyanyi, dan siapa kita yang tidak kenal Riko pemuda berhati emas. bisa saja gadis itu sudah jatuh hati pada dia."
Simpang siur komen orang tentang Nika dan Riko. Tapi Riko hanya senyum mendengar kicauan itu.Namanya wanita, apapun bisa dimasak dengan bumbu buatan sendiri.
"Besok aja kita berangkatnya Rik?" tanya Nika pada Riko sore harinya.
"Ya terserah. Kita bisa naik kapal motor langsung dari sini ke Parapat," kata Riko.
Lalu Nika mengatakan, kalau dari Parapat sebaiknya kalau ada carter mobil, dari pada repot cari kenderaan ke Tarutung.
" Baiklah Nik, kebetulan aku ada teman punya mobil bisa dirental, nanti aku akan hubungi."
Pada hal semula Riko punya ide mau pinjam mobil Armando, seorang teman baik. Dan Armando sudah bersedia memberikan Innova berapa hari pun mau dipakai. Tapi Nika sudah mendahului mengungkapkan ide baru itu.
Riko sebenarnya yang mau membayar sewa rental mobil, dengan pemberian Nika yang jumlahnya cukup banyak. Kalau dirental tiga atau empat hari, Sewanya hanya satu jutaan.
"Aku bisa pinjam mobil teman, tak usah rental" cetus Riko.
Nika ternyata tak setuju."Jangan Rik, aku tak mau membebanimu berutang budi pada sesama teman. Boleh saja mobil siapapun tapi tetap kita bayar, ya kan?"
Riko tak membantah lagi. "Oke Nik, aku hubungi temanku nanti. Sekarang istirahat saja dulu, aku ada urusan sebentar ke Tomok."
"Hati-hati ya Rik," kata Nika ketika Riko sudah melangkah ke koridor dekat taman.
Riko merasa dilembuti perkataan yang terucap begitu tulus dari mulut indah gadis itu. Kepeduliannya pada segala sesuatu sungguh membanggakan hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun