Novel: Leonardo JT-
Nikana sedang menerima telepon dari mamanya, Tante Veranida. Mamanya percaya kalau Nika ada di Medan, di rumah adiknya Rosa. “Berapa hari rencanamu terus mengasingkan di Medan Nik, jangan kelamaan. Mama jadi repot nih, pembantu kita pada pulang kampung.”
Nika tersenyum, merasa bersalah telah membohongi mama. Hanya untuk meyendiri di tempat yang dianggap nyaman seperti Tuktuk, telah melakukan cara seperti itu. Nika membohongi ibunya, Rosa juga membohongi kakaknya Vera. Sesaat Nika membekap mulutnya menahan tawa, lalu meyakinkan mamanya bahwa ia akan baik-baik saja. “Beres Ma, paling juga sebulan ini Nika sudah pulang.”
Terdengar desah kaget mamanya di seberang.” Hah? Satu bulan? Apa gak kelamaan tuh. Janganlah Nik, satu minggu aja sudah cukup. Papa merindukanmu. Sakitnya sering kumat.”
“Terlalu singkat Ma, aku masih trauma kalau jumpa teman-teman Gito. Malu!,”
“Ah alasan terlalu dibuat itu Nik. Mama minta kurangi yang sebulan itu. Oke dua minggu masih mama tolerir.” Suara Tante Vera agak kesal. “Papa rencananya mau ke Paris bulan depan, apa Nika tak ingin ikut?”Nika tertarik juga. Wah, ini kesempatan baik.”Mama kasi hp nya ke papa, Nika mau ngomong.”
“Nanti aja Nik, papamu lagi ada meeting di kantor. Ada tamunyadari Singapura dan Jepang tentang investasi batu bara di Kalimantan.”
Tapi dalam hati, Nika ragu juga apa benar papanya rapat. Jangan-jangan mama hanya buat dalih bilang papanya mau ke Paris hanya agar Nika cepat kembali ke Jakarta. Lalu mama tak mau Nika nelpon langsung ke papanya soal mau ke Paris? Mama bisa saja, pintar cari akal. Nika senyum sendiri.
Pintu kamarnya diketuk dari luar. Pelayan hotel berwajah lucu itu berdiri di depan pintu dengan dua botol aqua. Nika menerima aqua yang tadi dia pesan.” Terima kasih boy.” Dan pelayan itu tersenyum senang ketika Nika memberi dua lembar uang rupiah warna merah itu.” Mauliate juga nona yang baik.” Pelayan yang dipanggil Boy itu sudah ketiga kalinya dapat tip lumayan besar setiap mengantar sesuatu ke kamar nona cantik itu. "Mauliate juga buatmu boy, kamu baik sekali." Nika menghadiahkan senyum indahnya.
Sesaat pelayan itu tertegun menatap Nika dalam pakaian tidur yang begitu serasi. Lalu ia merasa hampir lupa sesuatu.” Oh ya non hampir kelupaan. Orang yang nona cari kemarin sudah ada di lobbi. Dia dan pak manager menunggu nona.”
“Orang yang kucari? Siapa?” Nika sedikit heran.
“Lho, kok nona lupa ya. Kemarin kan nona bilang kalau ada yang bisa temani nona jalan-jalan sebagai pemandu.”
Nika menepuk keningnya.” Oooh ya, maaf hampir lupa juga. Siapa orang itu, cowok apa cewek?”
Pelayan menggeleng.” Yang cewek sebenarnya ada nona, tapi lagi keluar daerah. Kalau yang ini cowok, tapi kami jamin nona aman dan nyaman. Takkan menyesal. Karena pak Manager kenal betul Riko, orangnya baik dan ramah,”
“ Namanya Riko? Apa sebelumnya dia sudah pernah juga memandu turis di sini?” Nika sedikit ragu terkesan dari nada suaranya. Pelayan mengangguk.” Sudah sering juga non, tapi biasanya Riko menemani turis bule.”
“Kalau begitu, aku mandi dulu ya, ntar aku ke sana.” Nika menutup pintu. Lalu menanggalkan baju tidurnya. Di cerin oval besar ia melihat tubuhnya yang hanya ditutupi celana dalam dan bh. Nika tersenyum. Teringat bahwa sebagai gadis Jakarta ia masih original sampai sekarang. Meski dulunya Gito sering mau macam-macam minta lebih dari ciuman, Nika bisa menjaga diri dengan prinsip pribadi yang kuat. Bodinya yang indah tertempa berkat senam teratur, tak hanya dikagumi teman kuliah di kampus. Mamanya juga memuji tubuhnya dengan pujian berlebihan.” Lihat tuh Nik, bodimu tak kalah dibandingkan bodi seksi Jennifer Lopez, masih kalah lagi Angelina Jolie,” kata mamanya satu ketika.
Di lobi hotel, Riko sedang ngobrol dengan manager dan adiknya Gomos yang kemarin menguber Riko ke Tomok.“Kamu perlihatkan yang terbaik meladeni cewek Jakarta itu. Jarang-jarang ada turis wanita bangsa kita sendiri ingin ditemani guide. Kurasa dia anak orang kaya yang lagi ada problem pribadi, kuperhatikan dari wajahnya,” manager itu memberi sedikit deskripsi.
Riko meniupkan asap rokok Dji Sam Soenya, membentuk lingkaran kecil mengapung ke atas. “ Aku juga belum pernah memandu turis dari bangsa sendiri, apalagi seorang gadis.”
“ Kurasa dia ingin mengenal daerah kita ini lebih dekat, makanya ia ingin ditemani seseorang. Tadinya ia minta kalau ada yang jadi gaidnya itu seorang gadis, tapi kubilang sebenarnya ada tapi kebetulan lagi keluar.”
Riko menyela,” Sudah tahu dia kalau yang mau nemani dia seorang laki-laki? Apa komentarnya.”
Manager itu tersenyum.” Semula aku tak berani menawarkan kalau aku tak kenal siapa kau. Aku yakin akan kejujuran dan kebaikanmu,makanya kemarin aku mengajukan kau dengan garansimemuaskan. Itulah maka kubilang, kau harus berbuat yang terbaik demi kesenangan tamu yang datang ke pulau Samosir ini.”
Gomos yang dari tadi diam, ikut nimbrung dengan logatnya yang lucu:” Lagian bang Rik, orangnya bukan main cantiknya. Seumur-umur aku di Tuktuk sini, belum pernah kulihat gadis Indonesia secantik dan sesexy dia...mmmh, kalau sudah jumpa nanti, bisa berdebar jantungmu...”
Manager itu mendelikkan matamenatap Gomos.” Ah kamu ngaco Gomos, cantik tak cantik bukan itu yang penting, tapi bagaimana agar Riko benar-benar memberi pelayanan terbaik mengenalkan kampung kita ini pada dia.”
Gomos masih menimpali,”Ya bang, bagaimanapun juga beda dong disuruh menemani perempuan ompong yang sudah ubanan dengan cewek secantik dia. Pokoknya bang Riko harus hati-hati, jangan sampai mimpi setiap malam kalau sudah berdua dengannya...he-he-he...
Manager dan Riko ikut tertawa. Tapi tawa manager segera terhenti ketika berpaling ke arah pintu samping , pintu koridor yang menghubungkan kamar-kamar VIP. Riko mengikuti arah kemana manager melihat. Saat itulah masih dalam jarak empat hingga lima meter, Riko terpesona. Sosok gadis yang melangkah dari pintu itu, benar-benar cantik bukan main. Dengan baju kaos oblong warna putih, dan celana jins ketat yang membungkus bokong hingga kaki, sungguh paduan kombinasi yang memukau setiap mata pria yang menatap. Gomos sampai tak berkedip dan menelan air liur. Tapi Riko bisa menahan gejolak kagum dalam hati, dengan bersikap biasa.
“Nah ini tamu kita Riko, silahkan kalian kenalan dulu,” kata manager hotel seraya mempersilahkan si gadis duduk di kursi berhadapan dengan Riko. Dan kepada gadis itu, si manager menyapa denganram ah tamah yang sudah terlatih bertahun-tahun: “Dan ini Riko, yang kemarin saya tawarkan bisa menemani nona Nik...eh, lupa namanya nona.”
“Nikana...panggil Nika aja, terlalu formil panggil nona segala,” Nika tersenyum mengambil tempat duduk. Bibirnya yang tipis menyunggingkan senyuman sangat indah. Barisan giginya yang putih rapi menambah pesona wajahnya pada pagi hari yan g cerah itu. Lalu manager itu berkata,” nah, selanjutnya saya persilahkan kalian berdua yang bicara, tentu saja nona masih bisa berpikir apakah kalau anak muda ini yang menjadi guide nona, bisa diterima atau tidak. Pokoknya saya sudah garansi, kalau dia bisa dipercaya dan pasti membuat nona senang jalan-jalan di sini.” Manager itu masih meninggalkan senyum ketika berlalu ke arah front office hotel, melayani tamu lain yang baru datang.
Riko melawan rasa canggung yang datang menyergap.Wangi parfum lembut yang terbawa oleh kehadiran gadis itu benar-benar khas. Aroma yang lembut, tak terlalu menyengat. Riko mencoba senyum, gadis itu juga senyum saat pandang mata keduanya bersirobokan. Gomos yang masih berdiri di sudut dekat pintu exit, mendehem sekali, lalu permisi.” Kalau begitu aku juga pergi dulu ya bang Rik, selamat berkenalan , moga hari kalian baik...(next)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H