* ELEGI SANG MESIN TUA
Dulu,lebih kurang 30 tahun silam,aku begitu disayang pemiliknya.Seorang yang kutahu sangat hobi menulis ragam hal. Namanya pun lumayan beken pada zamannya. Aku begitu penting,begitu berperan,begitu terawat. Karena pentingnya tak jarang aku dibawa berkelana kemana-mana, juga ke dusun yang jauh dan sepi. Bahkan ke hotel berbintang yang harum pun pernah ikut nginap.
Kalau aku tak salah ingat, aku dibeli dari sebuah toko di jalan Sutomo Medan,katanya untuk dijadikan hadiah bagi pemenang lomba karya tulis tingkat provinsi Sumatera Utara. Tapi aku ditetapkan untuk juara ketiga. Dua rekanku yang lain,kamera merk Nikon dan Yashica untuk juara 1 dan 2.Â
Yah begitulah akhirnya aku jatuh ke tangan jurnalis yang kalau tak silap bernama Leonardo Ts Simanjuntak. Tahunnya kalau tak salah antara 1982-1984. Aku diserahkan di sebuah kantor-tak ingat lagi kantor apa itu-dihadiri cukup banyak orang.Â
Tapi orang pertama yang menerimaku bukan pemenangnya langsung,melainkan orang bernama Arsyad Nawi.Katanya mewakili suratkabar bernama Sinar Pembangunan, lazim disebut "SP". Lalu dua hari kemudian aku diserahkan orang bernama Yusni Amrin managing editor Sinar Pembangunan kepada yang namanya Leonardo , sebagai orang yang berhak menerimaku sebagai pemenang lomba karya tulis itu.
Syahdan,aku dulu dikapalkan dari Jakarta ke Medan,menikmati ombang-ambing kapal menyisir air laut yang terkadang ganas mengejutkan. Pengalaman perjalananku sudah cukup panjang sejak aku dibentuk dari pabrik,sampai akhirnya aku dimiliki dan disayang pemiliknya.
Karena begitu disayangnya diriku ini, sang pemilik sering mengolesiku dengan minyak supaya jariku yang banyak ini selalu berkilau jangan cepat berkarat. Hampir tiap hari aku dipakai untuk menulis macam-macam. Siang malam tak henti tanganku yang banyak ini disuruh menyusun kata dan kalimat sesuka hatinya.Â
Apakah itu yang mereka sebut namanya spot news,straight news,artikel, feature,sampai yang namanya short story dan novel bersambung. Mungkin ratusan kalau tak ribuan tulisan sudah kuproduksi dengan tangan berhurufku yang selanjutnya berpindah menjadi huruf di percetakan suratkabar dan majalah.Kalau dihitung-hitung mungkin jutaan huruf sudah kuterakan pada kertas-kertas putih.
Memang tak cuma pemiliknya yang menggunakanku. Terkadang aku juga dipinjamkan pada orang lain walau tak sampai lewat hari. Bahkan aku juga pernah dipakai seorang tentara bernama IB Sitorus yang kala itu menjabat Dandim 0210 Tapanuli Utara.Â
Waktu itu pemilikku menginap di lantai 12 Hotel Borobudur Intercontinental kawasan lapangan Banteng Jakarta, atas kebaikan tentara itu. Sambil-sambilan sang Dandim yang dulu pernah jadi ajudan jenderal itu menyambangi pemilikku ke kamarnya, dan berkenan memakaiku untuk menulis sesuatu. Tak lama memang. Cuma sekitar 20 menit. Aku merasa terhormat juga bapak yang baik hati itu memakaiku menulis sesuatu yang perlu.