Senja itu selalu tiba seperti senja-senja tak terhitung
Daun muda tak lagi sehijau saat pagi mekar
Dan gores kuning penanda esok lusa akan  mencium bumi
Semua punya masa lalu dan perlahan berlalu juga
Masa gontai mendera menikung lutut
Dua kaki bicara tak berbunyi
Penanda letih melanglang kembara sampai kemana bahkan dakian paling lancip
Dan ngarai paling terjal masa perjuangan membekas kenangan
Oppung tua...
Belulang boleh merapuh  tapi tak lekang harap
Rindu gemerlap kota apa salah ditatap
Selagi langkah berayun di belantara sunyi
Hidup tak terkepal di tangan selama
Dekat di mata dekat juga di hati
Titik pisah itu tak siapa pun menang
Padamu yang hijau daun
Kutitip maklumat bukan untuk ditepis
Pahami hidup jangan berbuang waktu
Bersyukur kala mentari lama ditengadah
Dan gemintang di langit terpandang lama menggores senang
Kami yang duluan cicip asinnya garam laut
Akhirnya akan pamit mendahului
Kelak susul menyusul tak terdugaÂ
Dan pertemuan terharap dalam iman percaya
Di taman penuh melati dan kolam berlimpah madu
( senja di lembah kelahiran Silindung 2 November 21)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI