LELAKI tua penggembala kerbau itu berkata pada cucunya yang sedang sibuk memotong rerumputan di tebing jalan:" Dari tadi kuperhatikan mobil hitam yang parkir di bawah sana, sudah keliwat lama, kemana ya pemiliknya."
Cucunya yang berusia 13 tahun itu berhenti sejenak, memandang ke jalan dekat pantai. Dia juga sudah memerhatikan mobil itu cukup lama di sana. Anak itu sempat melihat pasangan anak muda dan gadis keluar dari mobil,lalu pergi jalan-jalan ke arah pantai. Tapi di Samosir itu pemandangan biasa. Seperti halnya turis bule pergi ke sana kemari di seluruh wilayah itu sudah hal yang biasa.Â
"Tadi orangnya pergi ke sana oppung, tapi kenapa begitu lama ya," kata si anak pada oppung (kakek)nya. Lalu mengarahkan pandang ke arah pantai. Tempat itu sudah kosong. Tak ada siapa-siapa. Si anak menyapu sekeliling dengan mata ingin melihat apa pemilik mobil ada. Tapi suasana lengang. Tadi hujan gerimis menyuruh orang yang main-main di pantai danau pergi satu-satu.
"Tapi tak ada siapa-siapa lagi di sana," kata lelaki tua itu sambil menambatkan tali kerbau gembalaannya di bawah pohon sena.
"Mungkin sudah ada di mobil. berlindung karena hujan tadi," kAta si anak sambil melanjutkan memotong rumput.
Orang tua itu kembali menatap ke bawah. Keningnya berkerut seperti memikirkan sesuatu.Â
"Coba lihat dulu ke bawah, perasaan oppungmu ini seperti berkata lain," katanya pada si cucu.Â
Saat itu ada kenderaan lewat satu satu tapi terus berlalu melewati mobil parkir itu. Angin berembus kencang dari arah barat. Awan mendung berkejaran di cakrawala.
Si anak selalu patuh pada kakeknya, walaupun terdengar bersungut-sungut," Alaah oppung ini dikit-dikit punya perasaan lain..." Lalu si anak menuruni jalan setapak yang gundul menuju mobil yang parkir cukup lama di sana.
Dan, dari jarak sekitar lima meter dari mobil, si anak tertegun melihat tubuh terkapar di sisi mobil. Agak terlindung sehingga orang lewat di jalan itu tak melihatnya kecuali berhenti untuk memeriksa.
"Oppuuung...kemarilah pung," anak itu berteriak,melambaikan tangan.Â