[caption id="attachment_403284" align="aligncenter" width="300" caption="Induk burung cinta (love bird) dan anaknya yang "][/caption]
Tampaknya sudah hukum alam, saat sesuatu itu mulai berharga terutama dinilai dengan rupiah, maka pasti juga kepemilikan secara ilegal juga muncul. Kalau sesuatu itu tak ada nilainya dengan uang, mustahil sesuatu itu diincar orang jahat yang ingin memilikinya secara ilegal.
Begitu juga dengan burung peliharaan yang penyukanya (hobi burung ) dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan signifikan. Dulu, yang terkenal sentra jual beli burung dan anak ayam itu di Jalan Bintang,Medan. Belakangan bisnis itu merambah ke kota lain, termasuk Tarutung di Tapanuli. Kalau awalnya di sana hanya burung perkutut yang tampak dominan dipelihara orang, sekarang puluhan jenis burung mulai bermunculan di berbagai kota. Ragam nama burung yang dijual di pasaran. Mulai dari murai batu, murai daun, jalak, nuri, love bird, sitapi-tapi (nama Batak), sibigo, perkutut, silopak, dan lain sebagainya. Di Tarutung pun kios penjual burung serta pakannya bertambah. Dulu hanya satu di simpang empat kota itu. Sekarang sudah ada empat atau lima kios burung. Penggemarnya juga makin ramai. Ragam burung indah dengan kicau yang paling merdu bisa ditonton seharian di sana.
Tapi, seperti dituturkan seorang pemelihara burung, Herwin (Bapak Marturena), yang berdomisili di kawasan Desa Parbaju Julu, tak hanya penjual dan penggemar yang meningkat." Saya rasa penculik atau maling burung juga sudah gentayangan, spesialis maling burung peliharaan," katanya. Dia bulan Februari 2015 lalu merasa kecolongan, karena dua jenis burung peliharaannya beserta sangkar kawatnya, hilang misterius dari teras rumahnya. Pada hal selama ini sudah lama ia memelihara burung belum pernah kejadian burung peliharaannya dicuri maling.
"Paling sedih, karena burung love bird yang dicuri maling itu sedang beranak, dan usia anaknya baru sekitar dua bulan. Bulu anak burung itupun belum tumbuh sempurna, tampak masih putih. Sudah capek memelihara dan merawatnya, tau-tau maling yang enak-enak mengambilnya." katanya kesal. Sejak burung itu hilang, ia rajin mengamati kios penjual burung maupun rumah penggemar burung, secara diam-diam. Siapa tahu, burung beranak itu dijual pada penadah atau pribadi. "Kalau saya temukan, saya punya bukti foto burung itu kondisi saat burung itu masih ada, dan pemiliknya bisa-bisa saya adukan, biar ketahuan dari mana burung itu diperolehnya," kata dia lagi. Ia menganggap hal itu penculikan yang dilakukan orang nekat, mungkin akan dijual karena harga jenis love bird saat ini lumayan mahal, apalagi kalau sudah beranak.
Tak hanya Herwin yang pernah dilecehkan maling burung. Malah ada anggota polisi tak jauh dari rumahnya marga Sinaga, kehilangan murai batu yang digantungkan di teras rumahnya. Hebatnya lagi burung itu diambil siang bolong. Beberapa pemilik burung peliharaan lainnya dikabarkan pernah kehilangan di beberapa tempat lainnya. Tapi sejauh ini, kasus pencurian burung belum pernah dilaporkan ke pihak berwajib. Maling burung merasa aman-aman saja. Keenakan tentunya.
Lantas, mengapa sampai ada istilah penculikan? Sambil tertawa seorang pengamat burung mengatakan, karena burung dalam sangkar itu makhluk hidup yang sedang mengasuh anak, lalu ada yang mengambil dari tempat di mana ia hidup dan dipelihara orang, jelas itu penculikan. Kalau begitu sama dong dengan orang yang hilang tak selalu harus karena korban kecelakaan, tapi karena penculikan. Ha-ha-ha, ia menjawab dengan tertawa lepas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H