Mohon tunggu...
Leonardo Tolstoy Simanjuntak
Leonardo Tolstoy Simanjuntak Mohon Tunggu... Wiraswasta - freelancer

Membaca,menyimak,menulis: pewarna hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Lidah Trenggiling Berkhasiat Melariskan Usaha?

10 Mei 2014   22:04 Diperbarui: 4 April 2017   16:12 11883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1399708917893172052

[caption id="attachment_335731" align="aligncenter" width="448" caption="Trenggiling ini dijerat penduduk di kawasan Parsoburan Kabupaten Tobasa beberapa waktu lalu.(Foto:Kompasianer)"][/caption]

Kalau yang saya dengar ini benar, harga trenggiling pasti haruslah jauh lebih mahal dari harga yang berlaku sekarang. Tapi, saya tak tahu persis apakah yang saya dengar ini menjadi factor penyebab, mengapa binatang berlidah panjang dan pemangsa semut ini dikategorikan pemerintah (aparat berwajib) termasuk binatang yang dilindungi. Kalau sudah disebut dilindungi dalam konteks peraturan pemerintah, berarti trenggiling tak boleh sembarangan diburu dan diperdagangkan.

Ada apa rupanya yang saya dengar terkait binatang berkulit berlapis ini. Sejak masih remaja, saya sudah kerap mendengar kalau trenggiling itu memendam elemen tertentu yang jika bisa dikelola dengan benar, maka yang berjodoh mendapatkannya bakalan memiliki “kesaktian” (saya taruh tanda petik karena saya juga belum pernah lihat buktinya). Rupanya, menurut yang empunya cerita, bukan cuma kulitnya yang keras penyebab trenggiling punya nilai jual tinggi karena bisa dijadikan bahan membuat tas berkelas. Konon, pernah saya baca di surat kabar, mantan presiden Filipina Corazon Aquino paling suka mengoleksi tas yang terbuat dari kulit trenggiling. Begitu juga Imelda Marcos yang terkenal dengan koleksi sepatu dan tas yang jumlahnya ratusan.

Kembali ke laptop. Jadi, selain kulitnya, apanya trenggiling lagi yang dianggap bernilai tinggi? Bagi kebanyakan orang Batak, ternyata LIDAH trenggiling adalah bagian vital lainnya yang membuatnya sering diburu sejak zaman dahulu kala. Kakek nenek saya juga bilang begitu. Katanya lidah trenggiling itu berkhasiat dijadikan pelaris usaha khususnya dagang. Tapi ada juga yang bilang lidah trenggiling juga berkhasiat dibuat sebagai pemikat sukma, khusus membuat perempuan tergila-gila pada seorang pria. Ah yang benar, kata hati saya waktu itu. Lantas, bagaimana caranya?

Hotman Silitonga rekan satu kota dengan saya, yakin seratus persen tentang khasiat itu. Caranya, saat seekor trenggiling tertangkap, lidahnya dipotong mulai dari pangkal saat masih hidup. Tapi cara memotong tak boleh separuh, harus mulai dari pangkal. Trenggilingnya jangan dimatikan dulu kalau memang ada tujuan mau mengambil lidahnya. Setelah lidah dipotong dari pangkal, lalu dijemur dengan panas matahari, untuk mengeringkan bekas liurnya. Setelah itu, masih kata Hotman, lidah trenggiling itu direndam dengan air keras untuk pengawetan. Tapi hati-hati, lidah itu jangan sampai rusak, koyak, atau patah. Kalau lidah itu sudah ada cacatnya, sama dengan tak ada gunanya lagi.

Dengan mimik serius, Hotman yang pernah saya ceritakan di Kompasiana seorang pemburu burung terkukur/perkutut, menceritakan pengalamannya mendapatkan seekor trenggiling besar yang kesasar di ladang sayurnya di Dusun Panaharan, Desa Parbaju, Kecamatan Tarutung, Sumatera Utara. Setelah ditangkap bersama warga dusun lainnya, Hotman mengambil pisau tajam untuk memotong lidah binatang malang itu. Dua orang memegang mulut trenggiling memaksanya ternganga,agar bisa mengambil lidahnya. Tapi mungkin karena pisaunya terlalu tajam, lidah itu kena sayat pada bagian tengah, gagal memotong sampai ke pangkal.” Sial, saya betul-betul sial waktu itu,” kata Hotman mengenang. Menurut dia, lidah trenggiling berkhasiat dijadikan pelaris usaha dagang. Tapi memanfaatkan lidah itu tidaklah mudah. Harus dibawa ke “orang pintar” untuk dimanterai, atau dibuatkan jampi-jampinya dulu, sebelum siap dipakai. Cara pakai tak rumit, cukup dimasukkan ke dompet, laci, atau tempat uang lainnya di tempat berjualan.

Hotman mengajukan argumen yang dianggapnya logis. Trenggiling itu saat mencari nafkah selalu menjulurkan lidahnya sepanjang mungkin, dan mungkin di lidah trenggiling mengandung suatu zat pemanis yang mengundang semut berebutan datang mencicipinya. Setelah semut berkumpul banyak, barulah trenggiling menarik lidahnya dan menikmati ratusan atau ribuan semut yang sudah terperangkap di sana. Kakek saya dulu bercerita, kata Hotman, zaman dulu banyak orang pintar (dukun) tahu memberi resep khusus untuk memberdayakan lidah trenggiling sesuai peruntukannya. Tapi entahlah sekarang apa masih ada orang pintar seperti dulu yang bisa meramu lidah trenggiling, imbuh Hotman sedikit berkelit.

Terlepas dari kisah seputar lidah trenggiling yang boleh dipercaya boleh tidak itu, petugas Polres di kampong saya (Tapanuli Bagian Utara) beberapa waktu lalu pernah menangkap 9 ekor trenggiling dari seseorang yang akan membawanya ke Riau. Pria itu tak berkutik saat di terminal sudah siap memasukkan terenggiling itu ke dalam peti khusus, ketika petugas datang dan menyita binatang itu. Petugas mengatakan trenggiling termasuk binatang yang dilindungi. Ke 9 trenggiling itu pun dibawa ke kantor polisi Tarutung, menunggu proses selanjutnya. Tapi sayang, trenggiling yang tertangkap itu tak lama bisa hidup, walau sudah diusahakan dengan berbagai cara.

Meski trenggiling dinyatakan binatang yang dilindungi, banyak warga yang melakukan perburuan trenggiling ke hutan-hutan pedalaman. Saya pernah melihat dua ekor trenggiling ditemukan warga pemburu di kawasan Parsoburan Kabupaten Tobasa berbatasan dengan kabupaten Labuhan Batu. “Apa tak takut nanti ditangkap polisi,” tanya saya pada mereka. Salah seorang menjawab,” Ya, kalau tak pintar-pintar bawanya, tertangkap jugalah.” Tapi ketika saya singgung soal lidah trenggiling itu, mereka rupanya tak begitu tertarik.” Memang banyak orang kita bilang begitu, lidah trenggiling berkhasiat untuk pelaris usaha atau mengundang rejeki ke dompet. Tapi bagaimana caranya kami tak tahu. Ya pokoknya ada yang cari trenggiling ke kami ya kami jual saja. Mau dibuat apapun itu mana kita tahu,”imbuhnya. Ketika saya memotret trenggiling yang ditemukannya itu, mulanya dia keberatan,tapi akhirnya bersedia juga, dengan syarat jangan sampai foto itu membawa celaka pada mereka (lihat foto).

Itulah sedikit cerita tentang trenggiling. Apa benar lidah trenggiling itu mengandung elemen kesaktian tertentu, saya juga mana tahu. Tapi hampir setiap orang di daerah kami, membenarkan hal itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun