Oleh: Leonardus S.A.
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah kegiatan rutin setiap tahun yang di adakan oleh jurusan yang ditujukan bagi setiap angkatan saat memasuki tahun ketiga kuliah. Istilah lain dari KKL adalah study tour, namun istilah study tour mungkin lebih sering kita dengar untuk kalangan pelajar sekolah menengah, sehingga untuk kalangan mahasiswa digunakan istilah Kuliah Kerja Lapangan.
KKL Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta Angkatan 2008 kali ini menggunakan jasa dari Wiyata Tour & Travel dan menggunakan bus Blue Star sebanyak empat unit bus. Bus yang kami gunakan bisa dikatakan cukup nyaman dan bersih, walaupun jarak antara kursi masih terlalu sempit sehingga cukup membuat kaki peserta pegal saat duduk terlalu lama di dalam bus. Dalam satu bus terdapat dua sopir (yang satu sebagai cadangan) dan satu orang kondektur. Sopir bus semuanya memiliki keahlian yang cukup baik, sehingga perjalanan dapat ditempuh dalam waktu yang tidak terlalu lama.
KKL Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta angkatan 2008 diadakan selama enam hari, yaitu dimulai dari tanggal 1 – 6 Mei 2011. Pada tanggal 1 Mei 2011, seluruh peserta KKL berkumpul di depan pintu utama kampus UNJ pada pukul 06.30 WIB. Setelah berkumpul dan melakukan registrasi ulang serta brifing, semua peserta beserta panitia memulai perjalanan pada pukul 07.30 WIB.
Tujuan pertama kami adalah kota Surabaya. Rencananya, di Surabaya kami akan mengunjungi beberapa tempat, yakni Jembatan Suramadu, Kampus UNESA, Balai Bahasa Jawa Timur, sentra kerajinan kulit di Tanggulangin. Kami menempuh perjalanan yang cukup lama dari Jakarta menuju Surabaya, yaitu sekitar 25 jam. Karena waktu yang tidak memungkinkan, maka pihak panitia membatalkan acara mengunjungi Jembatan Suramadu.
Kurang lebih pada pukul 09.30 kami semua tiba di kampus UNESA (Universitas Negeri Surabaya). Di kampus UNESA kami mengadakan studi banding tentang keadaan kampus itu sendiri, serta kurikulum ataupun sistem pendidikan yang digunakan di sana. Kampus UNESA adalah kampus yang memiliki wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan UNJ. Di sana bangunan-bangunannya tersusun sangat rapi dan tidak terlalu rapat. Masih banyak lahan kosong yang tersedia di wilayah kampus. Banyak lahan kosong itu yang digunakan sebagai tempat penghijauan oleh pihak kampus. Walaupun bentuk fisik kampus UNESA terkesan “lebih megah” dibandingkan kampus UNJ, namun sistem pendidikan yang digunakan oleh UNESA tidaklah jauh berbeda dengan sistem pendidikan yang digunakan oleh UNJ, khususnya Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Setelah selesai mengunjungi kampus UNESA dan melakukan studi banding di sana, kami melanjutkan kembali perjalanan ke Balai Bahasa Jawa Timur yang letaknya tidak begitu jauh dari kampus UNESA, yaitu hanya sekitar 30 menit perjalanan. Balai Bahasa Jawa Timur memiliki bangunan yang cukup luas, walaupun tidak seluas Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa di Jakarta. Balai Bahasa Jawa Timur ini membawahi unit-unit yang mengurusi masalah kebahasaan di daerah-daerah yang terletak di Jawa Timur. Kami mendapatkan sambutan yang sangat baik dari pihak BBJT. Bahkan Kepala Balai Bahasa Jawa Timur sendiri berkenan untuk memberikan penjelasan tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan Balai Bahasa Jawa Timur.
Walaupun dalam keadaan yang sangat lelah, namun kami masih menyisakan tenaga kami untuk mendengarkan dengan penuh perhatian presentasi dari kepala Balai Bahasa Jawa Timur. Hal itu terbukti, masih ada mahasiswa yang dengan suka cita memberikan pertanyaan-pertanyaan menarik kepada Kepala Balai Bahasa Jawa Timur. Kunjungan ke Balai Bahasa Jawa Timur ini membuka sedikit wawasan kami tentang masalah-masalah kebahasaan di daerah Jawa Timur, sehingga hal ini juga dapat menambah inspirasi kami untuk membuat judul penelitian bagi tugas akhir kami di akhir kuliah nanti.
Kunjungan ke Kampus UNESA dan Balai Bahasa Jawa Timur memberikan gambaran kepada kami tentang warga Surabaya. Walaupun dengan dialek yang agak kasar (dibanding dengan dialek Jawa lainnya), namun orang-orang Surabaya memiliki hati dan sikap yang sangat baik. Hal tersebut terlihat dari perlakuan mereka terhadap kami selama melakukan kunjungan. Mereka bahkan dengan suka rela menyuguhkan banyak makanan-makanan yang sangat lezat untuk kami. Sampai-sampai kami tidak sanggup menghabiskan semua makanan tersebut.
Hari telah menjelang sore saat kami selesai melakukan kunjungan di Balai Bahasa Jawa Timur. Semua peserta KKL beserta panitia langsung menaiki bus amsing-masing dan melanjutkan perjalanan ke kota Malang. Namun, sebelum itu, kami mampir sejenak di sentra kerajinan kulit Tanggulangin, di Sidoarjo. Banyak barang-barang hasil kerajinan kulit yang dijual dengan harga yang cukup murah di tempat ini. Namun, kita harus hati-hati memilih, karena tidak semua barang tersebut terbuat dari kulit asli, ada juga barang-barang yang terbuat dari kulit imitasi atau kulit sintetis. Setelah puas berbelanja kerajinan kulit di Tanggulangin Sidoarjo, kami melanjutkan perjalanan ke Kota Malang untuk beristirahat di penginapan setelah melakukan perjalanan yang hampir dua hari ini.
Dalam perjalanan ke Kota Malang, kami disuguhi pemandangan yang agak mengusik hati di Kabupaten Sidoarjo. Kami melewati tanggul lumpur Sidoarjo yang terjadi akibat ulah PT. Lapindo yang kurang berhati-hati dalam menambang. Di pinggir-pinggir tanggul masih terdapat beberapa rumah kosong yang telah rusak dan tak berpenghuni. Sangat miris hati kami ketika mendengar cerita bahwa sebelum terjadi bencana lumpur itu, dulunya tanggul yang kami lihat sekarang ini merupakan perkampungan penduduk yang padat. Perkampungan penduduk yang padat telah sangat berhasil disulap menjadi lautan lumpur oleh PT. Lapindo, benar-benar memilukan hati.
Sekitar dua setengah jam kami melakukan perjalanan, akhirnya kami tiba di penginapan yang terletak di Kota Malang. Seperti yang kami tahu, bahwa Kota Malang terletak di daerah dataran tinggi, sehingga tidak begitu mengherankan jika udara yang sejuk langsung menyambut kami begitu tiba di penginapan.
Penginapan yang kami tempati memiliki kamar yang cukup nyaman untuk beristirahat, walaupun masih jauh dari kesan bagus. Mungkin karena sudah hampir dua hari tidak bertemu kasur, setibanya di penginapan kami tidak banyak melakukan aktifitas. Setelah bersih-bersih dan berkumpul sambil berbincang-bincang sejenak dengan beberapa teman, kami langsung beristirahat di kamar masing-masing.
Seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, pada saat bangun pagi badan kami langsung menggigil kedinginan akibat suhu udara di Kota Malang. Namun, kami semua tetap memaksakan diri untuk mandi dan membersihkan badan kami agar segar saat melakukan penelitian hari ini, tepatnya pada hari selasa tanggal 3 Mei 2011. Setelah selesai mandi dan sarapan, kami langsung melanjutkan perjalanan untuk melakukan penelitian di Kota Malang. Kali ini rombongan dibagi menjadi dua, yaitu rombongan mahasiswa kependidikan dan rombongan mahasiswa non-kependidikan. Rombongan mahasiswa kependidikan melakukan penelitian di sebuah SMA Negeri di Malang, sedangkan rombongan mahasiswa non-kependidikan melakukan penelitian di radio lokal di Malang, yaitu Radio Kencana.
Karena saya sendiri merupakan mahasiswa Non-Kependidikan, maka saya hanya mencatat kunjungan kami ke Radio Kencana. Banyak hal yang kami dapatkan di Radio Kencana, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan masalah radio serta pengolahan informasi-informasi untuk siaran. Hampir sama dengan dua tempat sebelumnya yang, kami mendapatkan sambutan yang sangat baik di Radio Kencana. Para penyiar serta karyawan di sana dengan suka rela meluangkan waktunya untuk menjelaskan tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan siaran radio dan pengolahan informasi-informasi untuk siaran.
Selesai melakukan kunjungan di Radio Kencana, akhirnya kami berkumpul kembali dengan rombongan mahasiswa kependidikan. Kami makan siang sejenak di rumah makan di Kota Malang, lalu mampir ke tempat penjualan oleh-oleh khas Malang. Kami tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk membeli oleh-oleh khas Malang. Hal tersebut membuat bus menjadi penuh oleh barang belanjaan dari para peserta KKL lainnya.
Setelah itu kami melanjutkan kembali perjalanan ke tempat hiburan dan wisata di Jawa Timur, yaitu Jawa Timur Park. Jawa Timur Park merupakan tempat wisata yang hampir mirip dengan Taman Mini Indonesia Indah dan Dunia Fantasi di Jakarta. Di dalamnya terdapat beberapa miniatur tentang budaya-budaya di Indonesia dan wahana-wahana permainan yang memacu adrenalin. Bahkan di antara kami ada yang membuang makan siang di perutnya karena menaiki salah satu wahana permainan tersebut. Ada cukup banyak wahana permainan di sana, walaupun masih tidak sebanyak yang terdapat di Dunia Fantasi di Jakarta. Secara umum, Jawa Timur Park merupakan tempat hiburan yang cukup menarik, meskipun pengunjungnya tergolong masih sangat sedikit dan jam operasionalnya masih terlalu singkat.
Setelah puas bermain-main di Jawa Timur Park, kami kembali ke penginapan untuk beristirahat. Penginapan yang kami gunakan di malam kedua di Kota Malang ini masih sama seperti pada malam pertama. Karena keadaan kami yang tidak selelah pada malam pertama kemarin, kali ini begitu tiba di penginapan kami melakukan beberapa aktifitas bersama sebelum beristirahat. Beberapa di antara kami memutuskan untuk berenang di kolam renang penginapan, namun beberapa orang lainnya termasuk saya, memilih untuk bertahan di kamar karena kondisi tubuh yang kurang baik. Berenang, berkumpul, berbincang-bincang, dan bersenda gurau dengan teman adalah kegiatan kami di malam kedua di Kota Malang.
Keesokan harinya, tepatnya hari rabu tanggal 4 Mei 2011, kami meninggalkan kota Malang dan melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta. Perjalanan ke Yogyakarta kami tempuh selama kurang lebih 8 jam perjalanan. Tujuan pertama kami di Yogyakarta adalah Malioboro setelah mampir sejenak di rumah makan yang terdapat di daerah Kalasan.
Malioboro adalah tempat yang cukup terkenal dan banyak dikunjungi oleh turis manca negara maupun domestik. Malioboro terkenal dengan tempat makan lesehannya, dan kaos serta aksesoris-aksesoris lainnya yang khas kota Jogja. Seperti sebuah keharusan, jika ke Yogyakarta maka wajib berkunjung ke Malioboro. Namun sayang, hanya dua jam kami diberi kesempatan untuk menikmati suasana di Malioboro dan membeli oleh-oleh di sana. Sehingga kami tidak sempat untuk menyusuri seluruh sudut Malioboro dengan ke khasannya itu.
Karena waktu yang disediakan panitia sangatlah singkat, mengingat antusiasme peserta KKL sangatlah tinggi terhadap Malioboro, maka tidak mengherankan jika ada beberapa mahasiswa yang telat datang ke bus. Hal tersebut membuat keterlambatan waktu keberangkatan rombongan KKL menuju ke penginapan. Namun, hal itu tidaklah menjadi masalah yang terlalu besar, karena jarak penginapan dari Malioboro tidaklah begitu jauh, hanya berkisar lima belas menit perjalanan.
Sesampainya di penginapan, kami langsung memasuki kamar masing-masing dan membersihkan diri setelah seharian melakukan perjalanan dari kota Malang. Penginapan kami di kota Jogja kali ini barulah pantas di sebut hotel, dengan segala kemewahannya. Namun sangat disayangkan, kamarnya sangatlah kecil, karena kapasitas kamar yang seharusnya hanya untuk dua orang diisi untuk empat orang. Tidak banyak yang dapat kami lakukan di hotel kali ini selain berbincang dan bersenda gurau dengan teman-teman lainnya, karena cuaca di luar hujan, sehingga membuat kami malas untuk berjalan-jalan keluar hotel.
Hari kamis tanggal 5 Mei 2011, karena cuaca yang sangat buruk pada pagi hari, pihak panitia memutuskan untuk memindahkan acara kunjungan dan penelitian ke Rumah Dongeng ke aula hotel tempat kami menginap semalam. Seorang bapak tua yang berprofesi sebagai pendongeng dijemput dari Rumah Dongeng untuk melakukan presentasi di aula hotel. Si Pendongeng tersebut menceritakan tentang kisah hidupnya dari awal karirnya sampai sekarang. Ternyata kami baru mengetahui, pendongeng merupakan sebuah profesi dan dapat tertulis di KTP, seperti yang tertulis di KTP sang pendongeng tersebut. Selain kisah hidupnya, tak lengkap rasanya jika seorang pendongeng tidak mendongeng kepada peserta KKL. Oleh karena itu, dengan tidak segan-segan ia menceritakan sebuah kisah yang bagi kami itu adalah dongeng bagi anak kecil, namun penuh dengan makna dan nasehat-nasehat kehidupan.
Sangat mengesankan melihat kepribadian Sang Pendongeng tersebut. Pribadinya sangatlah lembut, dan pembawaannya sangat bijaksana, serta memiliki semangat yang masih sangat menyala-nyala di usia yang setua itu. Banyak yang dapat kami ambil dari Sang Pendongeng itu, tidak hanya dari dongengnya yang kaya makna, namun juga dari sosoknya yang begitu rendah hati.
Setelah mendengarkan presentasi serta dongeng yang sangat menarik dari Sang Pendongeng di aula hotel, kami langsung melanjutkan perjalanan untuk berwisata ke tempat-tempat yang menarik di Yogyakarta ini. Namun, sebelum itu, karena hujan yang telah reda, kami menyempatkan diri untuk mampir ke Rumah Dongeng, untuk sekedar berkunjung dan melihat-lihat. Rumah Dongeng tersebut terletak di tengah-tengah hutan bambu yang cukup rindang dan bernuansa sangat alami. Seperti yang tergambar dari sosok Sang Pendongeng tadi, Rumah Dongeng memberikan keteduhan tersendiri bagi pengunjungnya.
Selesai melakukan kunjungan di Rumah Dongeng, kami melanjutkan perjalanan menuju ke pantai yang cukup terkenal di Yogyakarta, yaitu Panta Parangtritis. Tidak begitu lama perjalanan menuju Pantai Parangtritis, hanya memerlukan waktu kurang lebih 3,5 jam perjalanan. Namun karena terpotong oleh makan siang, jadi kami semua baru tiba di Pantai Parangtritis pada pukul 14.45 WIB, dan hanya diberi waktu sampai pukul !5.30 WIB. Waktu yang sangat singkat untuk menikmati pantai yang sangat luas ini.
Pantai Parangtritis memiliki ombak yang sangat besar, sehingga pengunjung hanya berani bermain air di sekitar bibir pantai dan tidak terlalu jauh ke tengah. Cukup banyak pengunjung lain yang ada di Pantai Parangtritis. Entah terpengaruh oleh mitos yang beredar, atau hanya sekedar kebetulan, hampir semua pengunjung pantai tidak ada yang mengenakan pakaian berwarna hijau, bahkan hampir semua mengenakan pakaian berwarna putih. Menurut saya pribadi, Pantai Parangtritis memang sangat luas dan memiliki pemandangan yang luar biasa karena ombaknya yang sangatlah besar dan menyeramkan, namun Pantai Parangtritis masih kalah indah dibandingkan dengan Pantai Baron yang persis terletak di sebelahyna, hanya terpisah oleh tebing batu yang tinggi.
Setelah puas menikmati kedahsyatan ombak Pantai Parangtritis, kami melanjutkan kembali perjalanan menuju sentra kerajinan perak yang terkenal di Yogyakarta, yaitu Kota Gede. Namun banyak di antara kami yang menganggap bahwa kunjungan ke Kota Gede ini sangatlah tidak perlu dan membuang-buang waktu. Penyebabnya adalah harga barang-barang kerajinan perak di Kota Gede tersebut sangatlah mahal dan sama sekali tidak terjangkau oleh mahasiswa seperti kami. Walaupun begitu, ada seorang mahasiswa yang mampu membeli kerajinan perak di Kota Gede. Karena kemampuannya tersebut, mahasiswa itu mendapatkan decak kagum dari mahasiwa lainnya.
Setelah kunjungan tak penting kami di sentra kerajinan perak Kota Gede, kami melanjutkan perjalanan ke Candi Prambanan untuk menyaksikan pertunjukkan sendratari Ramayana. Namun, sebelum itu, kami mampir untuk makan malam di rumah makan yang sama yang digunakan untuk makan malam pada hari pertama di Yogyakarta. Selesai makan malam dan bersih-bersih sekedarnya di tempat makan, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju ke Candi Prambanan yang letaknya sangat dekat dengan rumah makan.
Sebelumnya, pihak panitia dan travel merencanakan untuk mampir sejenak ke sentra Bakpia Pathok sebelum makan malam, untuk membeli oleh-oleh makanan khas Jogja yang terkenal itu. Namun, lagi-lagi karena waktu yang tidak memungkinkan (menurut saya karena kunjungan tak penting ke Kota Gede), rencana akhirnya diubah. Kami menunda mampir ke sentra Bakpia Pathok setelah menyaksikan pertunjukan sendratari Ramayana.
Beberapa waktu kemudian, kami tiba di halaman Candi Prambanan. Setelah turun dari bus, kami semua langsung memasuki tempat pertunjukkan sendratari Ramayana. Kebetulan, kami dapat menyaksikan pertunjukkan sendratari Ramayana ini di panggung terbuka, sehingga kami dapat menyaksikan pertunjukkan tari yang indah sekaligus pemandangan Candi Prambanan di malam hari yang sangat mempesona dan menakjubkan. Baru pertama kali itu saya sendiri menyaksikan pertunjukkan sendratari Ramayana. Pertunjukkan tari yang indah di tambah pemeran Shinta yang sangatlah cantik, bahkan siluetnya dari samping menyerupai wayang sungguhan. Pengalaman menyaksikan sendratari Ramayana memberikan kesan tersendiri bagi kami, dan kami ingin menyaksikannya sekali lagi jika berkesempatan kembali berkunjung ke Candi Prambanan.
Pertunjukkan sendratari Ramayana berlangsung kurang lebih dua jam. Setelah selesai menyaksikan pertunjukkan tersebut, kami langsung menyelesaikan urusan kami yang sempat tertunda tadi, yakni membeli oleh-oleh di sentra Bakpia Pathok. Sentra Bakpia Pathok tersebut mengakhiri kunjungan kami di Yogyakarta, kota yang memberikan seribu kesan bagi pengunjungnya. Kunjungan kami memang sudah berakhir, namun, perjalanan kami belumlah berakhir sampai kami tiba di rumah kami masing-masing dengan selamat. Untuk itu, sebelum melanjutkan perjalanan pulang kembali ke Jakarta, kami berdoa untuk mengucapkan syukur dan meminta perlindungan dalam perjalanan ke Jakarta.
Dalam perjalanan pulang ini, tidak sama seperti perjalanan berangkat dari Jakarta, dalam perjalanan pulang ini, kami hanya bisa terdiam merenungi perjalanan yang telah kami tempuh bersama selama lima hari ini. Mungkin ini menjadi perjalanan kami yang terakhir bersama teman seangkatan, karena semester selanjutnya masing-masing dari kami akan lebih jarang bertemu dan berkumpul kembali disebabkan oleh kesibukan masing-masing dalam mempersiapkan proposal penelitian dan skripsi. Selain itu, karena tubuh yang telah lelah, kami semua hanya menghabiskan waktu di dalam bus dengan tertidur. Sampai akhirnya pada hari jumat tanggal 6 Mei 2011, kira-kira pukul 14.00 WIB, kami tiba kembali di pintu utama Kampus tercinta kami UNJ. Setelah mengemasi barang bawaan kami dari bagasi bus, kami segera pulang ke rumah kami masing-masing. Dengan ini, KKL Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta angkatan 2008 telah berakhir. Namun, kenangan yang kami dapatkan selama KKL ini tidak akan pernah kami buang sampai tua nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H