Soal pilihan siapa yang akan jadi presiden adalah soal selera, selera itu tidak ada yang salah. Â Kalau kita punya selera musik rock, tidak mungkin menyalahkan orang yang mempunyai selera musik dangdut. Â Baru sebatas itulah kira-kira pilpres di negara kita, hanya perkara selera. Â Jadi tak usahlah kita ngotot menunjukkan selera kita benar apalagi dengan menggunakan kata-kata kasar, keji, fitnah, penyebarluasan kampanye hitam, tidak ada gunanya, hanya nambah-nambahi dosa yang akan beranak pinak mirip MLM.
Selera bisa dipicu dari bentuk fisik, status sosial, latar belakang militer/sipil, omongan, keturunan, lifestyle, pembawaan, perilaku yang tampak dan lain-lain. Â Kebetulan kedua capres memiliki latar belakang yang saling bersebrangan, itu pula yang membuat kedua pendukun terpolarisasi sangat kuat.
pilpres kita masih jauh dari pilpres yang benar-benar menampilkan kualitas kontestan terbaik memang. Â Tidak ada orang-orang berkualitas mumpuni disana, tidak ada Yusril si manusia teguh pendirian, tidak ada Rizal Ramli si manusia bertangan dingin, dan orang-orang berkualitas lainnya. Â Kalaupun mereka ikut serta sebagai capres pun belum tentu terpilih sebagus apapun visi-misi mereka. Â Omong kosong dengan visi-misi toh sebagian besar rakyat juga lebih cenderung menuruti selera mereka dibanding mengikuti hasil olah kritis terhadap capres yang ada.
Maka, kalian yang namanya panasbung atau cyber army atau apapun namanya yang hanya dibayar untuk menyebarkan keburukan, fitnah, berita bohong, berhentilah.  Tidak ada gunanya karena kalian tidak dapat mengubah selera orang.  Mungkin kalian mendapatkan tambahan finansial 2-3 juta per bulan.  Tapi ingat kalian akan mendapatkan  keburukan dan dosa yang berlipat ganda dari berita bohong, fitnah dan kata-kata keji yang keluar. Setiap fitnah yang tersebar dan dipercayai seseorang dan kemudian dia menyebarkannya lagi, kalian terkena dampak keburukan dan dosa sampai tinkat terbawah. Maka berhentilah.
Soal selera saya? JKWJK, simpel saja, saya tidak suka memulai sesuatu dari hal yang dilarang, saya melihat prabowo dan teman-temannya memulai kampanye dengan kata-kata kasar, kebohongan, stigma negatif dan fitnah. Â Mungkin prabowo bisa memenangi pilpres, tapi yakinlah sesuatu yang dimulai dengan cara yang jahat akan menghasilkan ketidakberkahan.
Membicarakan kejelekan orang lain tidak akan membuat anda menjadi mulia.
Silakan memilih...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H