Era Society 5.0 merupakah sebuah konsep masyarakat yang menempatkan manusia sebagai pusat penyelesaian masalah sosial yang berfokus pada teknologi. Â Konsep society pertama kali digagas oleh Jepang dengan masyarakatnya yang mulai berinteraksi dengan teknologi baru dan mengintegrasikan dalam kehidupan mereka.Â
Konsep ini dirumuskan oleh mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan dikemukakan ketika ajang CeBIT (Centrum der Buro-und Informationstechnik), Hannover di kota Hannover, Jerman tahun 2017. Konsep ini diharapkan mampu memberi manfaat seperti meningkatkan produktivitas, kualitas, keamanan produksi, serta menciptakan peluang kerja baru dan mengurangi dampak lingkungan yang negatif.
Manusia sering kali menjadi pusat masalah yang berbasis teknologi, karena manusia adalah inti dari setiap sistem teknologi yang ada. Keterbatasan dan kesalahan manusia dalam mengoperasikan, mengembangkan, dan memelihara teknologi sering kali menyebabkan masalah yang kompleks. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk menciptakan nilai baru agar masyarakat tidak merasa putus asa ketika menghadapi tantangan ini. Masyarakat yang berperadaban tinggi dan memiliki daya saing adalah kunci untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Misalnya, Bima, seorang individu yang mungkin terlihat tidak memiliki tata krama dan tingkah laku yang ideal, namun memiliki hati yang baik, menunjukkan bahwa kebaikan hati bisa menjadi landasan kuat untuk perbaikan diri dan masyarakat. Hal ini menegaskan pentingnya memupuk nilai-nilai positif dalam diri individu.
Lebih jauh lagi, masyarakat harus diibaratkan seperti mesin yang berjiwa, dengan penguasaan dalam berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak hanya mampu berfungsi dengan baik, tetapi juga dapat menciptakan nilai tambah yang signifikan. Dalam konteks ini, perusahaan dan organisasi memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa struktur demografi diperhatikan dengan seksama. Dengan memperhatikan struktur demografi, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan sejahtera bagi semua pekerjanya. Kesejahteraan pekerja adalah elemen kunci untuk meningkatkan produktivitas dan inovasi yang berkelanjutan dalam perusahaan.
Namun, tantangan yang dihadapi masyarakat saat ini tidak hanya terbatas pada teknologi. Kita juga menghadapi disrupsi perubahan yang menuntut adanya percepatan adaptasi. Era globalisasi dan era Gif Economy, di mana banyak pekerja beralih menjadi independent worker, membawa tantangan baru yang memerlukan strategi yang cerdas dan inovatif. Globalisasi telah membuka pintu bagi kompetisi yang lebih ketat, sementara Gif Economy menuntut pekerja untuk memiliki keterampilan yang lebih fleksibel dan kemampuan untuk bekerja secara mandiri. Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, penting bagi kita untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan cepat.
Kita harus mampu mengembangkan strategi yang mampu mengantisipasi perubahan dan memanfaatkan peluang yang ada. Misalnya, dengan memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, serta mengembangkan program pelatihan dan pengembangan keterampilan untuk pekerja agar mereka dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan. Dengan cara ini, kita dapat membentuk masyarakat yang tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga unggul dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan yang ada.
Dalam keseluruhan upaya ini, penting juga untuk membangun kerjasama yang kuat antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat. Pemerintah perlu menciptakan kebijakan yang mendukung inovasi dan kesejahteraan masyarakat, sementara perusahaan harus berkomitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang adil dan inklusif. Masyarakat sendiri harus terus berupaya untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka, serta beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Dengan demikian, kita dapat menciptakan masyarakat yang maju, berdaya saing, dan sejahtera, yang siap menghadapi tantangan era globalisasi dan Gif Economy dengan percaya diri.
Dengan adanya konsep Society 5.0, masyarakat 5.0 diharapkan dapat :
- menciptakan nilai baru dan menyelesaikan permasalahan sosial melalui teknologi yang canggih
- disatukan menjadi masyarakat pintar
- disatukan menjadi masyarakat berperadaban
- digabungkan menjadi masyarakat kecerdasan buatan/artifical intellegent
- masyarakat pintar yang memberi penekanan pada integrasi teknologi pintar dan manusia
Kondisi Society 5.0, masyarakat dikenal sebagai "mesin yang berjiwa" yang memberi penekanan pada teknologi dan manusia berasaskan kepada teras-teras yang dikaitkan dengan Revolusi Industri 4.0. Tantangan yang dihadapi ketika kondisi Society  5.0 ini yaitu :
- Era Disrupsi, yaitu terjadinya perubahan secara besar-besaran dan secara fundamental mengubah semua sistem, tatanan dan landscape yang ada ke cara-cara baru
- Era Globalisasi, yaiitu standar kulitas SDM tidak hanya diukur dalam skala lokal atau nasional tetapi dalam skala global sehingga pengembangan kualitas SDM harus dijalankan dengan mengikuti standar-standar internasional.
- Era Gig Economy, yaitu ketika ada kecenderungan tenaga kerja millenial untuk menjadi pekerja temporer (independet worker) yang lebih fleksibel dan tidak terikat dengan perusahaan tertentu.
Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut diperlukan :
- Komunikasi
- Kolaborasi
- Berpikir Kritis dan Pemecah Masalah
- Kreativitas dan Inovasi