Derap langkah sahabat 1 buku telah melegakan dahaga akan buku-buku bacaan yang telah lama dinantikan SD YPPK Manusela dan SDN Maraina. Langkah-langkah kecil tim 1 buku membawakan buku bacaan melewati rimbunya pepohonan dan gemericik air sungai telah menjadi lompatan besar bagi keingintahuan anak-anak daerah terpencil tentang dunia luar yang semakin modern.
Rasa kesal, jengkel, marah sering muncul tatkala melihat ketertinggalan suatu daerah yang terlupakan oleh pembesar-pembesar negara kita yang sedang sibuk dengan pengembangan kota besar. Bijaksanakah kita dengan turun ke jalan menumpahkan rasa kesal dan kemarahan ataukah dengan tindakan nyata tanpa menunggu pemimpin negara. Tim 1 buku telah memberikan contoh semangat untuk mewujudkan mimpi perbaikan pendidikan. Ada empat hal yang menjadi penopang usaha mereka dalam mewujudkan mimpi.
Altruis
Prioritasnya adalah untuk siapa program 1 buku ini dan bukan menjadi seperti apa program ini. Yang paling utama dalam program ini adalah terlengkapainya sarana pendidikan di daerah terpencil. Cara berbaginya pun sederhana dengan menyumbang satu atau beberapa buku saja, jika banyak yang ikut terlibat maka buku akan terkumpul dan bisa disumbangkan. Penyebaran informasi tentang 1 buku ini memanfaatkan media sosial twitter @1buku dan facebook 1 Buku untuk Indonesia. Jadi program 1 buku adalah sarana untuk mencapai tujuan bukan menjadi tujuan itu sendiri.
Pengorbanan
Melalui akun twitter dan facebook, program ini mendapat respon yang besar dan mampu mengumpulkan kurang lebih 3000 buku. Memang mudah untuk mengumpulkan buku dari para donatur, tapi bagaimana dengan biaya besar untuk membawa buku-buku ini ke Maluku. Kalaupun dana sudah mencukupi bagaimana pula agar buku ini benar-benar sampai ke tangan anak-anak disana karena lewat paket pengiriman pun sangat mustahil. Untuk mencapai daerah Manusela dan Maraina harus melalui pendakian Binaiya dari moso kira-kira 2 hari perjalanan, yang pasti paket kilat tak akan mau. Begitulah keluh kesah dari Rosa salah satu penggagas gerakan 1 buku. Upaya pun dilakukan dari mengumpulkan dana dengan menjual pembatas buku sampai menunggu kejelasan tumpangan pesawat Hercules. Waktu, tenaga, pikiran, materi sudah mereka relakan untuk mewujudkan mimpi. Belum lagi mereka sendiri yang akan menempuh perjalanan membawa jendela baru bagi anak-anak Manusela. Untuk mencapai impian ada harga yang harus dibayar, ibarat pemain sepak bola Lionel Messi yang bermain cemerlang pasti perlu ekstra latihan.
Relasi
Dalam menggerakan program 1 buku ini mustahil untuk dilakukan dalam kelompok kecil. Tim 1 buku perlu adanya kerjasama dari lain pihak. Salah satu kunci keberhasilan meraih impian adalah relasi. Seperti yang telah dialami Rosa dan Dharma dalam pendistribusian buku ke Maluku, tanpa disadari mereka mendapat bantuan berupa penginapan, transportasi, logistik berkat adanya relasi. Ditemani rekannya di Ambon mereka menemui Wakil Gubernur Maluku Tengah dan Pangdam Pattimura, hasilnya mereka diberi bantuan transportasi Ambon-Moso bahkan sejumlah uang yang lumayan besar untuk operasional. Dalam perjalanan mereka dibantu tentara dan porter. Hal yang mengejutkan terjadi bahwa para porter yang membawakan buku mempunyai semangat lebih bukan sekedar orang bayaran, seperti yang diungkapkan Rosa dalam blognya. Inilah kekuatan relasi, tanpa relasi bagaimana bisa tim 1 buku menghimpun dana yang cukup dan buku-buku yang mereka kumpulkan. Keberuntungan-keberuntungan dalam pendistribusian buku ke maluku bukanlah sebuah kebetulan. Kabar gembira datang dari Bogor, Resty Febriyanne mencetuskan program sahabat 1 buku di Bogor. Tak hanya itu, ia juga merencanakan konser amal dengan buku sebagai tiket. Usaha menjadi lebih ringan karena adanya relasi yang membuahkan kerjasama.
Cinta
Dimanapun orang akan lebih produktif dalam bekerja jika mereka mencintai pekerjaannya. Cinta menumbuhkan passion, dimana orang rela mengorbankan lebih banyak tenaga, waktu, uang, dll. demi mencapai tujuan. Seseorang akan mencintai sesuatu jika ia benar-benar mengenal obyeknya. Program 1 buku ini muncul karena keprihatinan tentang ketertinggalan kemajuan pendidikan. Mereka tertinggal bukan karena kesalahan dan nasib melainkan pada sistem. Rosa dan rekan-rekannya mencoba mengenali apa yang dibutuhkan/urgenitas untuk memajukan pendidikan mereka. Dengan mengenal obyek maka cinta akan tumbuh dan bisa diketahui apa yang paling dibutuhkan oleh cinta itu. Usaha mereka telah melewati rintangan dan kesulitan, batuan terjal, lumpur yang menahan angkatan langkah kaki dilaluinya demi membukakan jendela pengetahuan, semua ini akan menjadi mustahil jika tidak ada kekuatan yang bernama cinta.
Melalui cara yang sederhana, sahabat 1 buku telah memberikan harapan bagi kemajuan pendidikan tanah air di daerah terpencil dan terlupakan. Kini tim 1 buku telah terlibat dalam proyek pintu belajar Tambora dan pembangunan perpustakaan lewat program Jogja membaca. Gerakan 1 buku ini dapat diikuti dengan akun facebook 1 buku untuk Indonesia dan mem-follow @1buku di akun twitter.
Impian akan sia-sia jika tidak diwujudnyatakan. Dengan menjadi altruis (tidak ingin menjadi pusat perhatian) disertai pengorbanan, relasi yang baik, dan cinta (passion) impian akan lebih mudah diraih. Impian besar yang diharapkan adalah cita-cita sosial untuk memberantas ketertinggalan karena sistem yang salah yang berakibat ketidakmerataan kesejahteraan. 1 buku adalah salah satu upaya, masih banyak ide-ide lain untuk memajukan daerah tertinggal. Mari kita berbagi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H