Mohon tunggu...
Leonardo Juan Ruiz Febrian
Leonardo Juan Ruiz Febrian Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Manusia yang penuh mimpi. Suka memikirkan dan menulis yang penting dan tidak penting.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Yogyakarta: Kota Indah namun Tenang, Santai, dan Pelan

31 Mei 2022   20:40 Diperbarui: 31 Mei 2022   20:55 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malioboro, Yogyakarta. Foto: Leonardo

" Kota Yogya ini ga cocok buat gue," ungkap dalam hati  gue saat sampai di Malioboro.

Sabtu, 28 Mei 2022, pukul 13.34, Kereta Api Fajar Utama Solo tiba di Stasiun Tugu, Yogyakarta. Turun dari gerbong kereta, menginjakkan kaki di Stasiun Tugu disambut dengan nyanyian khas Jawa dan ornamen klasik dari Stasiun Tugu. Rasanya menyenangkan bisa lepas sejenak dari hiruk pikuk Kota Jakarta.

Kunjungan ke Yogya kali ini bukan tanpa tujuan yang jelas, kesini dengan membawa misi yang mulia, yaitu menjemput eyang. Aneh sekali, mengapa harus minta dijemput. Konsekuensi yang gue terima adalah gue izin kuliah umum. Tapi gapapa, anggap saja sebagai healing atau self reward (bahasa gaul sekarang).

Tiba di Yogyakarta, gue langsung berjalan ke Malioboro. Setibanya di Malioboro gue merasa sekarang Malioboro jauh lebih baik dari sebelumnya. Para dagang yang telah direlokasi, mengakibatkan luasnya jalan bagi para pejalan kaki. Tentu hal ini menyenangkan, memang pada dasarnya pejalan kaki harus diberi ruang untuk berjalan.

Berjalan dan mengamati toko-toko yang ada di Malioboro, tampaknya Malioboro kini sudah tertata dan berbenah. Ketika sedang mengamati, terlintas dalam pikiran, yaitu satu pertanyaan "apakah hanya kawasan Malioboro yang berubah, atau Kota Yogya sudah mulai berubah?"

Setelah mulai muncul pertanyaan, teman menjemput gue di Malioboro Mall, berdua berangkat ke tempat kostan  yang berada di daerah Condongcatur. Selama di perjalanan menuju Condongcatur, melihat bangunan ke kanan dan kiri, berpikir bahwa Kota Yogya sudah banyak yang berubah. Banyaknya tempat coffeshop yang buka merasa seperti bukan di Kota Yogyakarta, tetapi sudah mirip seperti di Jakarta. Tapi itu bukan masalah buat diri gue. Masalahnya adalah gue risih dengan suasana yang ada, bukan berarti gue benci dengan kota ini.

Foto: Leonardo
Foto: Leonardo

Kota Yogyakarta bagi gue suatu kota yang nyaman untuk ditinggali di masa tua dan berlibur bersama keluarga atau teman.  Masyarakat disini sangat bersahabat untuk para pengunjung. Tetapi tidak dengan tempo yang berada di dalam Kota Yogyakarta.

Ya tempo di kota ini engga cocok dengan gue, suasananya terlalu tenang, santai, dan pelan. Gue yang udah lama tinggal di Jakarta dengan segala kecepatan, keegoisan masyarakatnya, gerasak gerusuk masyarakatnya, dan ketidaksabaran membuat diri gue merasa terbiasa. Selama 2 hari di Kota Yogyakarata, gue hampir tidak mendengar bunyi klakson dari pengendara, yang bikin salut banyak  masyarakatnya mematuhi rambu lalu lintas, berbanding terbalik dengan masyarakat di Jakarta.

Masyarakat yang gue temui dan lihat, gerakannya cenderung santai dan pelan seperti tidak ada yang dikejar, 180 derajat berbeda. Hati berujar " bagaimana mungkin bisa hidup dengan santai dan pelan?" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun