Mohon tunggu...
Leonardo Juan Ruiz Febrian
Leonardo Juan Ruiz Febrian Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Manusia yang penuh mimpi. Suka memikirkan dan menulis yang penting dan tidak penting.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Si Kaya Selalu Menang

10 Juli 2021   11:11 Diperbarui: 10 Juli 2021   11:23 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar: https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20200120170148-33-131364/ini-bukti-ketimpangan-si-kaya-si-miskin-dunia-makin-besar)

Hai, apa kabarmu ? Semoga  Anda, dan kita semua sehat selalu di masa PPKM Darurat ini. Jaga diri, jaga keluarga, dan jaga sesama, saling mengingatkan untuk selalu menaati protokol kesehatan karena mencegah lebih baik daripada mengobati.

Mengapa gue menulis judul seperti ini ? jawabannya sederhana karena di masa pandemi ini jaraknya semakin terlihat antara yang kaya dan miskin. Gue ga tau apa cuma gue yang merasakan atau kalian juga merasakan hal yang sama di masa pandemi ini.

Gue melihat adanya ketimpangan dari berbagai bidang, dan ternyata selama pandemi ini jaraknya semakin jauh, gue ngambil bidang intinya saja yaitu ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. 

Kita lihat dari ekonomi dulu, secara keuangan kalau keluarga kaya pasti mereka sudah mempunyai dana untuk kebutuhan lain-lainnya. Terlebih kalau mereka memiliki bisnis dalam bidang kesehatan, mereka panen besar,  pendapatan mereka naik bisa berkali-kali lipat dari biasanya. Dari pandangan gua orang yang kaya-kaya ini mampu bertahan karena mereka memiliki fundamental yang kuat dalam bidang ekonomi. Coba kita bandingkan dengan yang miskin, banyak di Indonesia yang makan dari upah harian, dan terkadang mereka sudah bekerja keras tetapi bayarannya hanya sedikit. Ya itu realita yang terjadi di Indonesia, dan gue rasa karena pandemi ini jumlah penduduk miskin naik, satu hal yang gue takutkan kalau penduduk miskin naik yaitu tingkat kriminalitas meningka karena orang butuh makan.

Kedua pendidikan orang kaya melawan orang miskin sebenarnya dari kandungan ibu sudah menang yang kaya, jadi sebelum lahir saja yang kaya sudah 1-0 melawan yang miskin dari segi gizi dan kebutuhan asupan lainnya. Nah dalam pendidikan pun sama, yang kaya pasti selalu menang karena mereka bisa mendapatkan akses yang lebih baik dan bagus. Seandainya yang miskin pun berprestasi dan lain-lain, kalau boleh jujur itu tidak cukup, ada faktor lain yaitu akses, akses si kaya dan si miskin jauh sekali perbedaannya, dan terkadang akses itu bisa didapat  dari pendidikan yang tinggi. Dan kalau boleh jujur, banyak hasil dari survey dan riset kalau banyak orang miskin yang menginginkan anaknya masuk sekolah lagi meskipun pandemi sementara yang orang kaya tidak mempersalahkan anaknya untuk sekolah secara daring.  Tentu ini disebabkan mindset dari orang tua yang miskin dan kaya, dan saya rasa karena orang tua yang miskin ini tidak bisa menjadi guru dari anak-anaknya, sementara kalau keluarga yang kaya ini tidak mempermasalahkan karena mereka memiliki sesuatu untuk menjadikan anak mereka sukses tanpa harus melalui jalur pendidikan saja.

Dari segi kesehatan juga, orang kaya lebih diunggulkan karena memiliki dana dan lain-lain, sementara yang miskin saja sulit untuk berobat. Dan kata - kata sehat itu mahal sekarang menjadi kenyataan. Banyak diluar sana yang kesulitan dalam mendapatkan akses kesehatan dan oksigen, sementara yang kaya setidaknya bisa mendapatkan itu karena adanya relasi yang mereka miliki. Si kaya memiliki jaminan kesehatan sementara si miskin tidak memiliki.

Jurang dan jarak antara kaya dan miskin selalu ada, si miskin ini bisa terbantu jika ada bantuan, dan yang bisa yang menolong banyak orang itu adalah pemerintah. Jika pemerintah bersih dan tidak memikirkan kepentingan pribadi maka rakyat bisa terbantu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun